Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Turun 19 Persen, HM Sampoerna Andalkan Produk SKT

Keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan tarif cukai bagi segmen SKT pada tahun ini dapat membantu kinerja HM Sampoerna.
Pekerja PT HM Sampoerna Tbk melakukan aktivitas di pabrik sigaret kretek tangan (SKT) Sampoerna di Surabaya, Kamis (19/5/2016)./Antara
Pekerja PT HM Sampoerna Tbk melakukan aktivitas di pabrik sigaret kretek tangan (SKT) Sampoerna di Surabaya, Kamis (19/5/2016)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah penurunan pemasaran rokok pada 2020, PT HM Sampoerna Tbk., bakal menggenjot penjualan segmen sigaret kretek tangan (SKT) pada 2021 sebagai salah satu upaya memulihkan kinerja keuangan.

Mengutip laporan keuangan induk usaha HM Sampoerna, Philip Morris International (PMI), emiten berkode saham HMSP itu menjual 79,5 miliar batang pada 2020. Perolehan itu turun 19,3 persen dibandingkan dengan penjualan rokok 2019 sebesar 98,5 miliar batang.

Sejalan dengan itu, HMSP juga mengalami penurunan pangsa pasar sepanjang 2020, menjadi hanya sebesar 28,8 persen dari total penjualan rokok domestik sebesar 276,3 miliar batang.

Sebelumnya, pangsa pasar HMSP pada 2019 sebesar 32,2 persen dari total penjualan rokok domestik sebesar 305,7 miliar batang.

Presiden Direktur HM Sampoerna Mindaugas Trumpaitis mengatakan bahwa keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan tarif cukai bagi segmen SKT pada tahun ini dapat membantu kinerja perseroan dan melindungi para pekerja.

Pasalnya, segmen SKT menggunakan lebih banyak tembakau dan memiliki jumlah pekerja 200 kali lebih banyak daripada segmen sigaret kretek menggunakan mesin atau SKM.

Untuk diketahui, Kementerian Keuangan menaikkan tarif cukai rokok sebesar 12,5 persen untuk rokok sigaret putih mesin (SPM) dan sigaret kretek mesin (SKM) yang berlaku sejak awal Februari 2021. Kendati demikian, untuk rokok jenis sigaret kretek tangan (SKT) tidak mengalami perubahan tarif cukai.

“Keputusan pemerintah itu memberikan peluang bagi perseroan untuk memulihkan kinerja. Oleh karena itu, perseroan akan meningkatkan pekerja di kategori itu, sekaligus [genjot] penjualan,” ujar Trumpaitis di Jakarta, Kamis (4/3/2021).

Selain itu, peluang pemulihan kinerja melalui segmen itu pun didukung oleh pangsa pasar perseroan di segmen SKT yang hingga kuartal III/2020 masih sekitar 38,7 persen.

Trumpaitis menjelaskan bahwa pelemahan ekonomi Indonesia tercermin dari menurunnya daya beli masyarakat telah berdampak pada bisnis perseroan.

“Volume penjualan kami turun, karena di secara industri pun juga turun, Jadi tahun lalu bukan tahun yang mudah bagi Indonesia dan bagi kami juga,” ujar Trumpaitis.

Adapun, HMSP belum mengeluarkan laporan keuangan untuk setahun penuh 2020. Sebagai gambaran, HM Sampoerna mencatat penjualan bersih sebanyak Rp67,78 triliun hingga kuartal III/2020. Jumlah tersebut turun 12,55 persen dibandingkan dengan posisi September 2019.

Selain itu, HMSP juga mencetak penurunan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 32,25 persen menjadi Rp6,91 triliun.

Berdasarkan konsensus Bloomberg, estimasi pendapatan HMSP pada 2020 di posisi Rp94,915 triliun, sedangkan laba bersih diproyeksi di posisi Rp9,55 triliun. Estimasi itu lebih rendah dari perolehan pendapatan HMSP 2019 sebesar Rp106,05 triliun, dan laba bersih sebesar Rp13,72 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper