Bisnis.com, SURABAYA - PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SMCB) tahun ini akan lebih meningkatkan inovasi produk yang memiliki nilai tambah sebagai solusi bagi sektor konstruksi.
Presiden Direktur SBI Aulia Mulki Oemar mengatakan dalam menyikapi dampak pandemi yang cukup panjang ini, perseroan harus lebih mampu melakukan mitigasi 2021. Untuk itu, pihaknya menetapkan fokus pengembangan nilai tambah dan menghadirkan solusi inovatif guna memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cepat, mudah, berkualitas sekaligus dengan penerapan protokol kesehatan.
“Kita sudah dapat banyak pembelajaran sepanjang 2020, kini saatnya sektor industri bangkit dengan strategi-strategi baru untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah,” katanya, Jumat (19/2/2021).
Dia mengungkapkan, kinerja tahun lalu cukup terpengaruh oleh kondisi pandemi yang mengalami peningkatan jumlah kasus, dan berdampak pada upaya pembatasan aktivitas masyarakat.
“Selain itu, pemerintah juga fokus mengalihkan pendanaan pada pencegahan Covid-19 yang membuat performa pasar semen domestik terdampak,” imbuhnya.
Adapun, konsumsi semen domestik tahun lalu mengalami penurunan 10,4 persen yakni dari 70 juta ton pada 2019, menjadi hanya 62,7 juta ton pada 2020. Sebaliknya, pasar ekspor mengalami pertumbuhan 51,8 persen, yakni tercatat mencapai 6,1 juta ton pada 2019 menjadi 9,3 juta ton pada 2020.
Baca Juga
Sementara bagi SMCB yang merupakan grup Semen Indonesia ini juga mencatatkan adanya penurunan volume penjualan di pasar semen dan terak domestik sebesar 11,6 persen, dari 11,9 juta ton pada 2019, menjadi 10,5 juta ton pada tahun lalu.
“Namun untuk pasar ekspor kami mengalami kenaikan penjualan dari 502.000 ton pada 2019, menjadi 1,5 juta ton pada tahun lalu atau melonjak 198,1 persen,” ujar Aulia.
Dia menambahkan, selain pasar semen domestik, volume penjualan di sektor bisnis beton juga turun 41,8 persen dari 1,5 juta m3 menjadi 874.000 m3 pada 2020, serta sektor bisnis agregat yang turun dari 2,3 juta ton menjadi 614.000 ton atau anjlok 73,2 persen.
Penurunan volume ini berdampak pada penurunan pendapatan dari Rp11,1 triliun pada 2019, menjadi Rp10,1 triliun pada 2020 atau sebesar 8,6 persen. Sementara laba kotor naik dari Rp2,9 triliun pada 2019, menjadi Rp3 triliun pada 2020 atau sebesar 3,4 persen.
SMCB juga mampu meningkatkan laba sebelum bunga dan pajak penghasilan dan akhirnya mencetak laba bersih dari Rp499 miliar pada 2019, menjadi Rp651 miliar pada 2020 atau sebesar 30,4 persen.
“Kinerja tersebut merupakan dampak dari program-program efisiensi yang dijalankan sepanjang tahun lalu sehingga mampu membantu menurunkan beban pokok pendapatan sebesar 12,8 persen,” imbuhnya.