Bisnis.com, JAKARTA - Emiten properti PT Lippo Cikarang Tbk. akan melanjutkan pengembangan rumah tapak dengan harga terjangkau pada tahun depan guna menggenjot penjualan.
Direktur Keuangan Lippo Cikarang Tevilyan Yudhistira Rusli mengatakan perseroan menargetkan prapenjualan atau marketing sales sebesar Rp4,1 triliun pada tahun depan. Lebih dari separuh prapenjualan diharapkan berasal dari proyek hunian dengan harga terjangkau.
“Kami menargetkan Rp1,4 triliun untuk marketing sales tahun depan di mana 70 persen itu [kontribusi] datang dari peluncuran rumah tapak terjangkau,” kata Yudhis dalam paparan publik secara daring, Senin (14/12/2020).
Data terbaru LPCK per 30 November menunjukkan realisasi prapenjualan perseroan telah melampaui target yang ditetapkan tahun ini senilai Rp1 triliun. Adapun per 30 September 2020, realisasi marketing sales tercatat senilai Rp928 miliar atau naik 46 persen secara tahunan.
Perolehan tersebut didukung oleh peluncuran Waterfront Estates yang merupakan perumahan rumah tapak terjangkau sejak kuartal II/2020. Adapun, prapenjualan Waterfront Estates berkontribusi sebesar 64 persen terhadap total prapenjualan LPCK pada sembilan bulan pertama tahun ini.
Direktur Lippo CIkarang Rudy Halim menambahkan bahwa strategi dan pedoman bisnis perseroan pada 2021 bukanlah suatu hal yang rumit. Pasalnya, bisnis yang dijalankan LPCK diklaim sudah sangat jelas di sektor pengembangan properti.
Ke depan, Rudy menegaskan perseroan akan terus memberikan layanan terbaik untuk sektor residensial seperti proyek Waterfront Estete maupun tenant untuk menggenjot operational excellence. Selain itu, Rudy mengatakan pihaknya juga akan mengembangkan segmentasi industri khususnya pergudangan.
“Demand sekarang pada saat harga terendah banyak sekali dari pergudangan dan itu kami sudah fokuskan. Pertumbuhan belakangan ini juga banyak dari segmen industri,” tutur Rudy.
Adapun, pergudangan menjadi sudut terpanas dari real estat komersial, bahkan mungkin terlalu panas di tengah kondisi pandemi Covid-19. Laporan Bloomberg menunjukkan investor telah menggelontorkan lebih banyak uang ke properti industri pada 2020 daripada gedung perkantoran untuk pertama kalinya, karena jarak sosial mendorong lebih banyak konsumen ke e-commerce.
Gudang dipandang lebih tangguh di tengah terpaan badai Covid-19, terutama karena hotel dan properti ritel ditutup oleh kantor pandemi dan menghadapi tekanan dari pekerjaan jarak jauh.
Dengan sejumlah strategi yang telah disiapkan itu, LPCK berencana membalikkan keuntungan kepada para pemegang saham pada 2021 atau paling lambat pada 2022. “2022 paling tambat tergantung dengan perolehan dari asumsi dan rencana bisnis kami,” imbuh Rudy.