Bisnis.com, JAKARTA -- Beberapa analis memproyeksikan pertarungan untuk memperebutkan pangsa pasar minyak Asia mungkin akan segera terjadi ketika produsen minyak mentah terbesar dunia bersiap untuk periode permintaan tertinggi.
Dilansir melalui Bloomberg, permintaan yang kuat dari Asia telah memberikan salah satu dari sedikit titik terang untuk konsumsi minyak tahun 2020 yang kelam karena pemerintah di seluruh dunia memberlakukan pembatasan yang lebih ketat untuk mengekang penyebaran virus corona menjelang peluncuran vaksin baru secara luas.
Namun setelah peringatan baru tentang akhir dari pertumbuhan permintaan minyak, beberapa analis melihat akan ada persaingan sengit antara eksportir utama seperti AS dan aliansi OPEC + untuk mendapatkan pangsa pasar di wilayah Asia sebelum terlambat.
"Ini akan menjadi momen 'now or never' untuk negara pengekspor minyak seperti Arab Saudi dan Rusia. Permintaan minyak China tidak pernah sekuat ini, tetapi dapat berakhir dengan cepat," tulis Ryan Fitzmaurice, ahli strategi komoditas di Rabobank, dalam sebuah laporan, seperti dikutip melalui Bloomberg, Sabtu (5/12/2020).
Ketika pandemi membawa kemerosotan bersejarah dalam permintaan minyak mentah, serangkaian perusahaan minyak utama pada awal tahun ini memperkirakan puncak permintaan minyak terjadi akan terjadi dalam dekade ini.
Di antara peringatan keras tersebut, salah satunya datang dari BP Plc, yang mengatakan konsumsi minyak mungkin tidak akan pernah pulih ke tingkat yang tercatat sebelum krisis virus corona.
Sementara itu, AS telah membuat terobosan di pasar minyak Asia dengan mengorbankan OPEC +, tulis Rabobank Fitzmaurice, dengan pangsa pasar AS yang tumbuh di China mengikuti perjanjian perdagangan tahun lalu.
Bank of America Global Research menuturkan dalam catatan Global Energy Weekly bahwa secara umum, OPEC + tidak dapat menanggung kerugian pangsa pasar permanen dekade ini, dengan pertumbuhan permintaan minyak kemungkinan akan mencapai puncaknya pada tahun 2029, dengan meningkatnya penjualan kendaraan listrik sebagai faktor paling berpengaruh.
“Pertarungan untuk pangsa pasar ada di depan mata dan OPEC + tidak berencana untuk membuatnya mudah bagi shale AS,” tulis catatan itu.
Riset tersebut juga menyimpulkan bahwa memasuki dunia pasca-hidrokarbon dengan porsi besar kapasitas produksi minyak cadangan dapat menghancurkan produsen minyak secara fiskal dan OPEC akan mencoba menghindarinya.