Bisnis.com, JAKARTA— Lelang surat berharga syariah negara, Selasa (27/10/2020), menghasilkan penawaran masuk senilai Rp20,9 triliun.
Berdasarkan siaran pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pemerintah telah melakukan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara.
Hasilnya, total penawaran yang masuk senilai Rp20,9 triliun untuk lima seri SBSN yang terdiri atas 1 surat perbendaharaan negara syarian (SPN-S) dan empat project based sukuk (PBS).
Hasil lelang menunjukkan penawaran terbanyak masuk untuk seri PBS028 yang jatuh tempo 15 Oktober 2046 dengan total Rp8,127 triliun. Dari penawaran yang masuk, yield atau imbal hasil rerata tertimbang yang dimenangkan 7,43 persen dengan jumlah nominal dimenangkan Rp4,75 triliun.
Seri selanjutnya yang paling diincar oleh investor yakni PBS025 yang jatuh tempo 15 Mei 2033 dengan total penawaran masuk Rp4,531 triliun. yield rerata tertimbang yang dimenangkan 7,02 persen dengan jumlah nominal yang dimenangkan Rp2,3 triliun.
Adapun, total nominal yang dimenangkan dari keenam seri yang ditawarkan senilai Rp12,35 triliun. Jumlah itu lebih besar dari target indikatif yang dipasang pemerintah senilai Rp10 triliun.
Baca Juga
Hasil Lelang Sukuk 27 Oktober 2020 | ||||
---|---|---|---|---|
Seri | Jatuh Tempo | Penawaran Masuk | Jumlah Dimenangkan | Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan |
SPN-S 14042021 | 14 April 2021 | Rp3,175 triliun | Rp1,550 triliun | 3,08% |
PBS027 | 15 Mei 2023
| Rp1,151 triliun | Rp0,800 triliun | 4,52%
|
PBS026 | 15 Oktober 2024 | Rp3,916 triliun | Rp2,950 triliun | 5,25%
|
PBS025 | 15 Mei 2033 | Rp4,531 triliun
| Rp2,300 triliun | 7,02%
|
PBS028 | 15 Oktober 2046 | Rp8,127 triliun | Rp4,750 triliun | 7,430%
|
Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, turunnya angka penawaran lelang sukuk ini menggambarkan sikap investor yang masih belum agresif untuk masuk kembali ke pasar obligasi Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beragam sentimen eksternal seperti kejelasan paket stimulus fiskal dari AS dan lonjakan kasus virus corona di sejumlah wilayah.
Ariawan melanjutkan, sentimen pemilihan presiden AS yang akan berlangsung pekan depan juga menambah keraguan para investor. Mereka cenderung menunggu hasil pemilihan tersebut yang nantinya akan berdampak pada kabar stimulus fiskal.
Di sisi lain, ia mengatakan keyakinan investor terhadap pasar obligasi Indonesia masih cukup kuat. Hal ini terlihat dari hasil lelang sukuk hari ini yang mencatatkan angka penawaran tertinggi untuk sukuk bertenor panjang.
“Jumlah penawaran seri PBS028 bertenor panjang yang tinggi menandakan pasar obligasi Indonesia masih sangat baik prospeknya dimata investor asing,” ujarnya.
Selain itu, kepercayaan investor juga ditambah dengan tren penurunan tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia. Data dari laman World Government Bonds pada Selasa (27/10/2020) menyatakan, tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun berada di posisi 6,691 persen.
Dalam seminggu terakhir, level yield obligasi Indonesia telah menguat sebanyak 5,7 basis poin. Catatan tersebut berarti tingkat imbal hasil obligasi negara telah kembali ke level sebelum pandemi virus corona terjadi di Indonesia. Pada April lalu, yield surat utang Indonesia sempat menyentuh level 8,2 persen.
“Tingkat yield yang atraktif ini menjaga selera para investor pada pasar obligasi Indonesia,” tuturnya.
Secara terpisah, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, turunnya angka penawaran pada lelang sukuk kali ini lebih disebabkan oleh faktor libur panjang yang akan dialami pasar Indonesia pada pekan ini.
“Dilihat dari kondisi pasar dan pergerakan yield selama sepekan terakhir, tidak ada indikasi bahwa kondisi pasar obligasi Indonesia akan tertekan. Obligasi Indonesia masih tergolong stabil, bahkan yieldnya menguat,” jelasnya.
Menurutnya, faktor tersebut juga membuat belum banyak investor asing yang masuk ke pasar obligasi Indonesia melalui lelang sukuk. Investor asing masih cenderung wait and see dan mewaspadai sentimen libur panjang ini beserta kondisi eksternal seperti kabar stimulus AS.
Ramdhan mengatakan, investor domestik masih menjadi tumpuan hasil lelang sukuk hari ini. Sektor perbankan yang likuiditasnya masih cukup besar mengincar seri-seri bertenor menengah.
Sementara itu, seri-seri tenor panjang seperti PBS028, lanjutnya, kebanyakan dibeli oleh investor dari Dana Pensiun maupun Dana Asuransi karena menawarkan yield yang lebih tinggi.
“Meskipun angka penawaran turun, tetapi catatan ini masih terbilang baik untuk lelang sukuk. Hal ini juga dapat meningkatkan keyakinan investor asing untuk kembali ke pasar obligasi Indonesia,” pungkasnya.