Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lelang SBN Terus Sepi, Pasar Butuh Stimulus Tambahan

Pemerintah pun sepertinya harus menyiapkan stimulus tambahan untuk menarik investor kembali ke pasar obligasi negara.
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Penawaran masuk dalam lelang Surat Berharga Negara (SBN) kian turun. Pemerintah pun sepertinya harus menyiapkan stimulus tambahan untuk menarik investor kembali ke pasar obligasi negara.

Pada lelang SBN Selasa (22/9/2020), total penawaran masuk hanya mencapai Rp46,11 triliun atau lebih rendah dibandingkan penawaran masuk pada lelang sebelumnya Rp52,26 triliun.

Total bid dalam lelang SBN terpantau selalu turun sejak 11 Agustus 2020 ketika penawaran masuk mencapai Rp106 triliun.

Sejak awal tahun, penawaran masuk dalam lelang SBN tercatat paling rendah senilai Rp27,65 triliun pada 14 April 2020.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menilai penurunan bid dalam lelang SBN kali ini bisa saja disebabkan oleh kebutuhan bank atas SBN tenor pendek mulai mendekati penuh.

“Pada 11 Agustus 2020 total bid Rp106 triliun a.l. karena ada seri benchmark baru dan likuiditas perbankan masih tinggi. Di lelang selanjutnya demand tenor pendek terus turun,” jelas Farash kepada Bisnis, Selasa (22/9/2020).

Farash menunjukkan bahwa permintaan atas SBN tenor pendek seperti seri Surat Perbendaharaan Negara (SPN) hingga obligasi negara (ON) tenor 5 tahun selalu berkurang sejak lelang 11 Agustus 2020.

Di sisi lain, permintaan terhadap Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun dan 15 tahun meningkat walau tidak dapat mengangkat total penawaran yang masuk.

Menurut Farash, investor mulai memburu obligasi bertenor 10 tahun - 15 tahun karena yield sudah naik sementara hedging cost turun. Khusus untuk SUN tenor 15 tahun, kenaikan permintaan lebih tinggi karena sejauh ini valuasinya sudah jauh tertinggal.

“SUN tenor 20 tahun [masih] kurang menarik karena yield-nya mirip SUN 15 tahun saat ini,” imbuh Farash.

Selain itu, Farash juga melihat salah satu penyebab sepinya lelang hari ini disebabkan oleh investor masih mencermati wacana amandemen UU Bank Indonesia walaupun pelaku pasar sudah agak lega setelah pemerintah mengonfirmasi dukungan terhadap independensi bank sentral.

Apabila hedging cost bisa stabil dan tidak ada polemik terhadap independensi moneter BI, Farash meyakini investor asing berpeluang kembali ke pasar SUN pada sisa tahun ini.

Apalagi, spread antara SUN tenor 10 tahun dan US Treasury masih lebar dari level hitorikal.

“Masih ada kemungkinan inflow kembali, walau tidak banyak, seperti sebelum isu dewan moneter,” tutur Farash.

STIMULUS TAMBAHAN

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menyampaikan pasar obligasi tampak membutuhkan stimulus tambahan dari para pembuat kebijakan.

“Kemarin kan perbankan masuk karena BI membuka kerannya. Ini memang ada satu kekhawatiran lagi mengenai masalah amandemen UU BI,” ujar Ramdhan.

Mengingat dominasi kepemilikan perbankan di SBN saat ini, Ramdhan menyarankan perubahan apapun yang terjadi di tingkat para pembuat kebijakan jangan sampai mengganggu likuiditas pasar.

Lebih lanjut, walaupun total bid terus berkurang, Ramdhan optimistis target modal untuk anggaran belanja pemerintah dari pasar SUN masih akan mencukupi hingga akhir tahun.

“Saya rasa dengan kombinasi utang dalam valuta asing dan obligasi rupiah baik sukuk maupun konvensional, masih akan mencukupi [target pendanaan pemerintah],” imbuh Ramdhan.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu RI, total penawaran yang masuk tercatat sebesar Rp46,11 triliun atau lebih rendah dibandingkan lelang sebelumnya senilai Rp52,26 triliun.

Dalam lelang kali ini, investor terpantau paling banyak memburu SUN bertenor panjang yaitu 10 tahun ke atas. 

SUN seri FR0087 yang jatuh tempo pada 15 Februari 2031 mendapatkan bid tertinggi seniai Rp12,79 triliun diikuti oleh SUN seri FR0080 yang jatuh tempo 15 Juni 2035 senilai Rp10,36 triliun.

Selanjutnya, SUN seri FR0083 yang jatuh tempo pada 15 April 2040 mendapatkan penawaran masuk senilai Rp6,27 triliun.

SUN seri FR0086 yang jatuh tempo pada 15 April 2020 mendapatkan penawaran masuk terendah senilai Rp4,59 triliun.

Sementara SPN12210701 mendapatkan bid senilai Rp5,9 triliun dan SPN03201223 sebesar Rp2,27 triliun.

Secara keseluruhan, pemerintah melelang SUN seri SPN03201223 (new issuance), SPN12210701 (reopening), FR0086 (reopening), FR0087 (reopening), FR0080 (reopening), FR0083 (reopening), dan FR0076 (reopening)

Dari lelang tersebut, total tawaran yang masuk senilai Rp46,11 triliun dengan nominal yang dimenangkan sebesar Rp22 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper