Bisnis.com, JAKARTA — Kerugian yang dibukukan oleh PT AirAsia Indonesia Tbk. membengkak secara tahunan pada semester I/2020.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2020 yang dipublikasikan Rabu (2/9/2020), AirAsia Indonesia melaporkan pendapatan usaha Rp1,32 triliun per 30 Juni 2020. Realisasi itu turun 55,15 persen dari Rp2,99 triliun dari periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan dari penerbangan berjadwal penumpang turun 55,57 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp1,09 triliun pada semester I/2020. Sementara itu, pendapatan dari bagasi turun dari 63,41 persen yoy menjadi Rp121,53 miliar.
Di sisi lain, pertumbuhan terjadi untuk pendapatan dari penerbangan berjadwal kargo. Jumlah yang dikantongi naik 64,84 persen secara yoy dari Rp30,95 miliar per 30 Juni 2019 menjadi Rp51,02 miliar pada semester I/2020.
Dari sisi beban usaha, tercatat beban bahan bakar emiten bersandi saham CMPP itu turun 37,26 persen menjadi Rp746,79 miliar. Adapun, perseroan tidak mengeluarkan beban sewa pesawat pada semester I/2020.
Dengan demikian, CMPP membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp909,07 miliar pada semester I/2020. Posisi itu naik dari Rp82,53 miliar periode yang sama tahun lalu.
Manajemen AirAsia Indonesia menjelaskan bahwa terjadi kenaikan total aset 164 persen dari posisi 31 Desember 2019 menjadi Rp6,88 triliun per 30 Juni 2020. Kondisi itu disebabkan peningkatan pada pos aset tetap sebagai dampak penerapan PSAK 73 atas sewa operasi pesawat yang diakui pada laporan posisi keuangan.
Sementara itu, total liabilitas naik 241 persen dari posisi 31 Desember 2019 menjadi Rp8,21 triliun per 30 Juni 2020. Kenaikan itu disebabkan peningkatan pos kewajiban sewa pembiayaan atas penerapan PSAK 73 dan peningkatan instrumen derivatif pada 2020.