Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aneka Tambang (ANTM) Beri Sinyal Pangkas Panduan Kinerja

Panduan volume produksi perseroan hingga saat ini masih berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dari awal tahun
Foto udara pabrik pengolahan nikel milik PT Aneka Tambang Tbk. di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (24/8/2020). PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) mencatat pertumbuhan positif kinerja produksi unaudited komoditas feronikel pada periode triwulan ke-2 tahun 2020 sebesar 6.447 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau naik sebesar dua persen dibandingkan kuartal sebelumnya. ANTARA FOTO/Jojon
Foto udara pabrik pengolahan nikel milik PT Aneka Tambang Tbk. di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (24/8/2020). PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) mencatat pertumbuhan positif kinerja produksi unaudited komoditas feronikel pada periode triwulan ke-2 tahun 2020 sebesar 6.447 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau naik sebesar dua persen dibandingkan kuartal sebelumnya. ANTARA FOTO/Jojon

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Aneka Tambang Tbk., atau Antam memberikan sinyal untuk memangkas panduan kinerja operasional yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini.

Direktur Niaga Aneka Tambang Apriliandi Hidayat Setia mengatakan bahwa kondisi pandemi Covid-19 yang telah melemahkan harga komoditas dan ekonomi global, mendorong banyak perusahaan untuk mengubah target kinerjanya pada tahun ini, tidak terkecuali perseroan.

“Akhir tahun lalu kami sudah sampaikan RKAP untuk 2020, dan pada saat kondisi Covid-19, bukan hanya kami, seluruh perusahaan juga merevisi target tahun ini. Namun, karena kami BUMN maka perubahan target harus sampai persetujuan pemerintahan,” ujar Apriliandi pada saat konferensi pers Pubex Live 2020, Kamis (27/8/2020).

Untuk diketahui, panduan volume produksi perseroan hingga saat ini masih berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dari awal tahun. Emiten berkode efek ANTM itu, menargetkan volume produksi feronikel hingga akhir tahun sebesar 27.000 ton nikel dalam feronikel.

Selain itu, untuk produksi dari tambang milik perseroan ditargetkan mencapai 2 ton per tahun, sedangkan penjualan ditargetkan mencapai 18 ton hingga akhir tahun. Untuk bauksit target produksi hingga akhir tahun ini sesuai dengan kuota ekspor perseroan pada tahun ini di kisaran 1,2 juta ton.

Sementara itu, untuk bijih nikel, perseroan menargetkan penjualan sekitar 1 juta wet metrik ton yang hanya ditujukan sebagai pasar lokal mengingat kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel berlaku sejak awal tahun ini.

Adapun, April mengaku sebelumnya perseroan tidak berencana menargetkan untuk menggenjot penjualan bijih nikel untuk pasar domestik sekalipun pada tahun ini.

Namun, seiring dengan kondisi yang ada dan harga patokan dari pemerintah cukup kondusif, perseroan melihat peluang untuk mendulang kontribusi komoditas itu terhadap pendapatan perseroan.

Pada semester I/2020, perseroan berhasil memproduksi feronikel sebesar 12.762 TNi, turun 1,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 13/017 TNi. Penjualan feronikel juga turun tipis 0,8 persen yoy menjadi 13.045 TNi.

ANTM juga membukukan penurunan produksi emas sebesar 13 persen yoy menjadi 850 kilogram emas dari semester I/2019 sebesar 959 kilogram. Penjualan emas juga turun 49,71 persen yoy menjadi hanya sebesar 7.915 kilogram emas dibandingkan dengan 15.741 kilogram emas pada semester I/2019.

Sementara itu, untuk bauksit produksi tercatat sebesar 807.320 wmt, naik 35 persen dari realisasi enam bulan pertama 2019 sebesar 597.407 wmt. Namun, penjualan bauksit turun menjadi 565.177 wmt dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 611.270 wmt.

Di sisi lain, perseroan juga masih mempertahankan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini sebesar Rp1,5 triliun, yang terdiri atas Rp1,17 triliun untuk pengembangan investasi, sebesar Rp368,16 miliar untuk investasi rutin, dan sebesar Rp47,98 miliar untuk biaya ditahan.

Sepanjang paruh pertama tahun ini perseroan telah menyerap capex Rp265 miliar, yang fokus utama digunakan untuk investasi pengembangan.

“[Dari capex itu], sepertiga untuk pengembangan, lalu ada investasi rutin, dan ada investasi untuk anak usaha yang butuh tambah modal dan ini tampaknya akan kami evaluasi untuk dilakukan atau tidak,” ujar April.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper