Bisnis.com, JAKARTA — Saham BUMN PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. (SMBR) menguat signifikan pada perdagangan Selasa (25/8/2020).
Pada pukul 10.58 WIB, saham SMBR naik 13,21 persen atau 70 poin ke level Rp600, dari posisi kemarin Rp530. Bahkan, saham SMBR sempat menyentuh level tertinggi Rp650.
Nilai transaksi saham BUMN itu mencapai Rp101,85 miliar dengan frekuensi 13.216 kali. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp5,96 triliun. Namun, price to earning ratio (PER) -21,43 kali, atau negatif karena pembukuan rugi bersih.
Seperti diketahui, sepanjang semester I/2020 emiten pelat merah ini membukukan rapor merah. Pada pos laba usaha, perseroan tercatat berbalik rugi hingga Rp34 miliar, salah satunya akibat hasil penjualan yang anjlok 19 persen dan meningkatnya beban perseroan.
Direktur Keuangan Semen Baturaja M. Jamil mengatakan ada dua penyebab utama yang membuat produksi semen perseroan turun sejalan dengan penurunan volume penjualan yang akhirnya menyebabkan pendapatan perseroan turun.
Faktor pertama adalah selesainya sejumlah proyek besar di kawasan Sumatra bagian selatan di akhir 2019 silam, seperti proyek ruas tol Lampung dan Palembang. Kemudian faktor kedua adalah merebaknya wabah Covid-19 yang membuat sejumlah proyek ditunda.
“Sseperti dana dana desa yang selama ini banyak ke kegiatan infrastruktur tapi tahun ini karena ada covid lebih banyak digunakan ke bantuan sosial. Ini menggerus demand jadi berakibat produksi juga turun,” ungkapnya, Senin (24/8/2020)
Untuk itu, Jamil menyebut ada sejumlah strategi yang dilakukan perseroan, salah satunya adalah menunda hampir semua belanja modal di tahun ini demi mempertahankan arus kas perseroan agar tetap sehat.
“Capex kami dengan kondisi seperti ini postpone hampir semua kegiatan, kecuali yang mutlak seperti pembeasan lahan,” tuturnya.
Selain itu, perseroan juga menekan biaya produksi agar mendapatkan cost lebih rendah, untuk mengimbangi bengkaknya beban keuangan perseroan akibat adanya biaya bunga kredik investasi Baturaja II dan bunga pinjaman MTN sebesar Rp70 miliar.
“Kami juga melakukan negoisasi dengan supplier dan kontraktor, karena penurunan demand akan sangat berpengaruh ke kinerja,” imbuh Jamil.
Di sisi lain, perseroan juga berupaya melakukan penetrasi ke beberapa wilayah baru, khususnya di daerah Lampung untuk menciptakan pangsa pasar baru. Jamil menilai strategi ini cukup berhasil menopang kinerja perseroan.
“Jadi bisa dilihat di semester I walaupun demand turun cukup tinggi, sampai dua digit, tapi sales kami di daerah itu penurunannya hanya sekitar 4 persen,” ujar dia.
Tak hanya itu, perseroan juga mulai fokus menggarap produk-produk alternatif nonsemen seperti mortar dan white clay.
Direktur Utama Semen Baturaja Kobi Triananda Hasjim mengatakan SMBR telah menyiapkan dua unit produksi dengan kapasitas 1,5 dan 6 ton per hari (tpd) yang berlokasi di Pabrik Panjang, Lampung untuk mensuplai mortar.
Selain itu, perseroan juga telah mengembangkan fasilitas produksi White Clay agar dapat memenuhi target 50.000 ton sesuai dengan kontrak penjualan White Clay yang ditandatangani oleh SMBR dengan Pusri yang merupakan anak usaha Pupuk Indonesia.