Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AAEI: Risiko Default Korporasi Berkurang pada Kuartal IV/2020

AAEI menyebut tingkat risiko default korporasi akan berkurang pada kuartal IV/2020, tetapi dampak pelemahan ekonomi atau resesi perlu diantisipasi, terutama oleh perbankan.
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) memperkirakan tingkat risiko default korporasi akan berkurang pada kuartal IV/2020, setelah mencapai titik puncaknya pada akhir kuartal kedua dan awal kuartal ketiga tahun ini.

Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia Edwin Sebayang memaparkan dampak pelemahan ekonomi atau resesi perlu diantisipasi, terutama oleh perbankan, karena bakal banyak perusahaan yang mengajukan restrukturisasi pinjaman maupun menunda pembayaran pokok/bunga obligasi

“[Risiko] default perusahaan itu akan meningkat pada kuartal III/2020, terutama dari sektor terdampak [pandemi] seperti penerbangan, perhotelan, pariwisata, dan peritel,” kata Edwin dalam Talkshow Investasi yang diadakan alumni SMA 70 Jakarta pada Senin (17/8/2020).

Edwin yang juga menjabat sebagai Kepala Riset MNC Sekuritas menunjukkan bahwa sejumlah nama dari perusahaan pelat merah bahkan sudah ada yang menunda pembayaran bunga obligasi seperti PT Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP).

Adapun, manajemen WSBP beralasan penundaan itu terjadi karena adanya kendala teknis internal sehingga proses pengiriman dana pembayaran bunga obligasi terhambat.

Lebih lanjut, berdasarkan data Moody’s Analytics, tingkat perkiraan rata-rata frekuensi default perusahaan (Corporate Default Probability/CDP) di Indonesia tercatat sebesar 5,41 persen pada kuartal III/2020 dan akan terus berkurang menjadi 5,28 persen pada kuartal IV/2020.

Edwin menilai apabila tren penurunan CDP terus terjadi, level rata-rata frekuensi default korporasi di Indonesia baru bisa kembali ke level sebelum pandemi pada akhir 2023.

“Tetap antisipasi di Indonesia default risk akan meningkat di kuartal ketiga tapi di kuartal keempat diperkirakan mengalami penurunan,” tutur Edwin.

Dalam acara yang sama, Pengamat Pasar. Modal Priyanto Soedarsono mengatakan saat ini Indonesia masuk ke dalam fase yang disebut resesi teknikal karena pertumbuhan ekonomi sudah masuk ke area negatif sebanyak dua kali berturut-turut.

Adapun, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh -2,41 persen secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq) pada kuartal I/2020 dan -4,19 persen qoq pada kuartal II/2020.

“Secara historis, krisis kesehatan pada tahun ini berbeda dibandingkan dengan krisis moneter 1998 ketika pertumbuhan ekonomi kita juga turun cukup dalam -13,1 persen. Di krisis 2008, Indonesia justru masih bisa naik 7,4 persen,” jelas Priyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper