Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kompak menutup perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (23/6/2020) dengan parkir di zona merah.
Pada perdagangan sesi pertama, IHSG terkoreksi 0,24 persen dan parkir di level 4.906,91, setelah dibuka di level 4.918,831.Dari seluruh emiten yang diperdagangkan, hanya 143 emiten terpantau menghijau, sebanyak 222 emiten yang terkoreksi, sedangkan 171 lainnya tak bergerak dari posisi semula.
Sementara itu, sektor industri dasar tercatat mengalami penurunan paling dalam sedangkan sektor pertambangan mencetak kenaikan paling tinggi sepanjang sesi pertama. Dari sepuluh sektor, sebanyak lima sektor menguat sedangkan lima sektor lain melemah.
Selama sesi itu, investor asing tercatat net sell hingga Rp200,15 miliar dan melepas kepemilikannya di beberapa emiten kakap antara lain PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI).
Sebelumnya, Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan juga mengatakan bahwa IHSG bakal melemah pada sesi perdagangan, Selasa (23/6/2020). Pergerakan indeks menurutnya masih akan dibayangi adanya kekhawatiran kelanjutan gelombang kedua Covid-19.
“Sejauh ini juga masih minim sentimen pergerakan yang dapat mendorong pasar,” jelasnya.
Baca Juga
Sementara itu, rupiah menutup perdagangan sesi pertama hari ini masih berada di zona merah. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah parkir di level Rp14.210 per dolar AS, terkoreksi 0,43 persen.
Penurunan itu terjadi ketika indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar AS di hadapan sekeranjang mata uang utama menguat tipis 0,03 persen ke level 97,065. Adapun, rupiah masih melanjutkan penurunannya selama tiga hari berturut-turut.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa aktor sentimen global amat mempengaruhi pergerakan rupiah. Jumlah kasus infeksi virus corona (Covid-19) di berbagai negara masih terjadi di saat upaya pelonggaran lockdown dimulai. Risiko gelombang kedua Covid-19 dapat memperburuk sentimen pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi global.
“Pergerakan rupiah masih akan terpapar sentimen negatif dari faktor global,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (23/6/2020).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel