Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Kembali Melambung, Waspadai Profit Taking  

Dalam periode tahun berjalan, harga emas sudah naik 14 persen.
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas hari ini dibayangi oleh aksi ambil untung atau ambil untung atau profit taking sehingga dapat menekan harga.

Tim analis Monex Investindo Futures menilai kenaikan harga emas ke level US$1.738 per troy pada Rabu (10/6/2020) dapat berdampak negatif pada perdagangan hari ini. Pasalnya kenaikan itu dapat memicu terjadinya aksi ambil untung pada Kamis (11/6/2020).

"Kenaikan harga emas berpotensi mendorong pelaku pasar untuk ambil keuntungan. Harga emas berpotensi menguji level support di US$1.728 per troy bila penurunan lebih dalam dari level support tersebut berpotensi menekan harga emas menguji level support selanjutnya di US$1.725 dan US$1.722," sebut tim dalam publikasi riset Kamis (11/6/2020).

Akan tetapi bila emas mampu bergerak naik maka terdapat peluang menguji level resisten US$1.740. Tim riset menyebutkan penembusan level support tersebut berpotensi menopang harga emas menguji level resisten selanjutnya di US$1.745 dan US$1.748.

Sebagai informasi, kenaikan harga emas terjadi setelah The Fed mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah di kisaran 0 persen hingga 0,25 persen. Hal ini memberi sinyal suku bunga akan tetap berada di batas nol  hingga 2022. 

The Fed mengharapkan untuk mempertahankan kisaran target ini sampai yakin bahwa ekonomi benar - benar pulih dan berada di jalur untuk mencapai lapangan kerja yang maksimum dan tujuan stabilitas harga.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di bursa Comex pukul 10.57 WIB tengah menguat 1,23 persen ke level US$1.741. Sebaliknya, harga emas spot justru terkoreksi 0,54 persen ke level US$1.732.

Dalam periode tahun berjalan,  harga emas telah naik 14 persen pandemi virus corona dan banjir stimulus dari berbagai negara. OECD memperkirakan perekonomian dunia akan terkontraksi lebih dalam dari estimasi Bank Dunia, yakni sebesar 6 persen pada tahun ini.

“Kebijakan moneter yang longgar berdampak positif bagi harga emas karena hal ini memberikan tekanan pada tingkat imbal hasil AS dalam jangka panjang. Akibatnya, daya tarik emas sebagai investasi lebih tinggi dibandingkan instrumen lain,” ujar Analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar.

Sementara itu, Head of Commodities & Asia Pacific Currencies UBS AG, Dominic Schnider mengatakan, dengan kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga serta perkiraan suku bunga acuan di sejumlah wilayah akan negatif, harga emas dapat menembus level US$1.800 per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper