Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan indeks S&P 500 Amerika Serikat berlanjut pada akhir perdagangan Rabu (10/6/2020), setelah rilis keputusan kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup melemah 0,53 persen atau 17,04 poin ke level 3.190,14. Pada Selasa (9/6/2020), indeks saham acuan AS ini berakhir terkoreksi 0,78 persen ke level 3.207,18.
Sejalan dengan S&P, indeks Dow Jones Industrial Average lanjut berakhir melorot 1,04 persen atau 282,31 poin ke level 26.989,99 pada Rabu.
Meski demikian, penguatan saham Tesla mampu mendorong indeks Nasdaq Composite ditutup naik 0,67 persen atau 66,60 poin ke posisi 10.020,35 sekaligus memperbarui rekor level penutupan tertingginya.
Saham Tesla menguat sekitar 9 persen ke level US$1.025,05 setelah CEO Elon Musk mendesak perusahaan untuk mengusahakan dengan sungguh-sungguh produksi Tesla Semi, truk listriknya.
Sementara itu, imbal hasil Treasury 10-tahun turun menjadi 0,72 persen dan dolar AS memperpanjang pelemahan sepanjang Juni menjadi 2,5 persen.
Baca Juga
Dilansir Bloomberg, S&P 500 ditutup di posisi lebih rendah setelah Gubernur The Fed Jerome Powell memperdengarkan kesan bahwa pandemi Covid-19 dapat menimbulkan kerusakan ekonomi yang lebih tahan lama.
Dalam pertemuan kebijakan yang berakhir Kamis (11/6/2020) dini hari WIB, The Fed mempertahankan kisaran target bunga acuan 0 - 0,25 persen dan berkomitmen menggunakan seluruh instrumen untuk memulihkan perekonomian dari pandemi virus Corona.
Selain itu, para pembuat kebijakan bank sentral AS tersebut mengisyaratkan akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran level nol persen kemungkinan untuk beberapa tahun mendatang. The Fed juga mengatakan akan setidaknya mempertahankan tingkat pembelian obligasi saat ini.
Saham Amerika telah menguat lebih dari 40 persen dari posisi terendah pada Maret karena langkah pembelian aset bank sentral dan stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya memicu permintaan untuk aset berisiko.
Menteri Keuangan Steve Mnuchin pada Rabu (10/6) mengatakan Amerika Serikat pasti membutuhkan stimulus fiskal tambahan.
“Sepertinya aksi ambil untung sedang berlangsung setelah The Fed tidak memberikan tindakan baru. Tidak mudah mengambil risiko pada saat ini,” ujar ahli strategi pasar global senior di Wells Fargo Investment Institute Sameer Samana.
Kepala Strategi Ekuitas di Bank of America Corp. Savita Subramanian mengatakan saham dapat menjadi penerima manfaat utama stimulus ekonomi bernilai triliunan dolar dari The Fed.
Namun, bahayanya bagi investor dan bank sentral adalah setiap komplikasi dalam pemulihan ekonomi dapat menyebabkan penguatan pasar berbalik dengan cepat, pada saat ada lebih sedikit ruang untuk dukungan tambahan mengingat ruang lingkup apa yang sudah dikerahkan.
Melalui laporannya pada Rabu (10/6/2020), Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi 6 persen pada 2020 akibat pandemi Covid-19.
Sejalan dengan bursa AS, indeks Stoxx Europe 600 melemah 0,4 persen. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate naik 0,1 persen ke level US$38,99 per barel dan harga emas di pasar spot menguat 1,4 persen menjadi US$1.745,20 per troy ounce.