Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia bersama dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) berupaya menjaga nilai tukar rupiah.
Dalam konferensi pers bersama KSSK pada Senin (11/5/2020), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan BI terus melakukan berbagai upaya stabilisasi dan penguatan rupiah.
Langkah itu ditempuh melalui peningkatan intensitas kebijakan intervensi baik di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder. Kebijakan ini didukung oleh cadangan devisa yang lebih dari cukup.
“Bank Indonesia juga telah menjalin kerja sama bilateral swap dan repo line dengan sejumlah bank sentral negara lain, termasuk dengan bank sentral Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Alhamdulillah, dengan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar yang ditempuh tersebut, nilai tukar rupiah bergerak menguat dari yang semula hampir menyentuh Rp17.000 per dolar AS menjadi di bawah Rp15.000 per dolar AS saat ini,” paparnya.
Bank Indonesia meyakini bahwa tingkat nilai tukar rupiah saat ini secara fundamental masih undervalued dan ke depan akan bergerak stabil dan cenderung menguat.
Baca Juga
Di sisi lain, sambung Perry, Bank Indonesia terus memperluas instrumen dan transaksi di pasar uang dan pasar valas.
Hal ini ditempuh antara lain dengan menyediakan lebih banyak instrumen lindung nilai terhadap risiko nilai tukar rupiah melalui transaksi DNDF, memperbanyak transaksi swap valas, dan penyediaan term repo untuk kebutuhan perbankan.
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini, Senin (11/5/2020) menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.936 per dolar AS, menguat 73 poin atau 0,49 persen dari posisi Rp15.009 pada Jumat (8/5/2020).
Pada pukul 13.38 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau menguat 3 poin atau 0,02 persen ke level Rp14.916 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,01 persen atau 0,011 poin ke level 99,745 pada pukul 13.29 WIB.