Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham di Asia kembali melemah pada perdagangan pagi ini, Rabu (22/4/2020), mengikuti kemerosotan bursa Wall Street Amerika Serikat (AS),,di tengah volatilitas pasar energi dan tekanan akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Pada perdagangan Selasa (21/4/2020), indeks S&P 500 ditutup anjlok 3,07 persen ke level 2.736,56, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 2,67 persen ke level 23.018,88, dan indeks Nasdaq Composite turun tajam 3,48 persen ke level 8.263,23.
Meski indeks saham acuannya merosot, indeks berjangka S&P 500 AS dilaporkan mampu naik tipis 0,1 persen pada Rabu (22/4) pukul 09.12 pagi waktu Tokyo.
Tetap saja, indeks-indeks saham di Asia merespons negatif pelemahan Wall Street pada Selasa. Indeks Topix Jepang melorot 1,5 persen, indeks Kospi Korea Selatan melemah 1,4 persen, dan indeks S&P/ASX 200 Australia turun tajam 1,7 persen pagi ini.
Di sisi lain, imbal hasil Treasury 10 tahun stabil setelah turun di bawah 0,6 persen.
Sementara itu, pasar minyak mentah anjlok untuk hari kedua pada Selasa (21/4), dengan minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juni sempat merosot nyaris 70 persen setelah kontrak Mei yang berakhir pada Selasa merosot di bawah level nol untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Baca Juga
Namun, WTI kontrak Juni mampu bangkit dari pelemahannya dan melonjak pada perdagangan Rabu (22/4) pagi.
Volatilitas minyak mungkin mengindikasikan bahwa pukulan terhadap ekonomi global akan jauh lebih buruk daripada yang diantisipasi oleh investor.
Meski banyak negara mengambil langkah tentatif menuju dibukanya kembali aktivitas perekonomian, tanda-tanda bahwa Amerika Serikat telah selangkah lebih maju untuk meningkatkan pengeluaran tidak banyak mengimbangi kekhawatiran baru mengenai resesi ekonomi.
Di sisi korporasi, serangkaian rilis laporan keuangan menambah beban pasar. Penurunan laba yang tajam seringkali datang tanpa prospek dari perusahaan untuk sepanjang sisa tahun ini dan meningkatnya tanda-tanda bahwa investasi modal akan turun.
“Tidak mungkin Anda dapat memprediksi laba untuk saat ini,” ujar Michael Cuggino, manajer portofolio di Pacific Heights Asset Management LLC., dilansir melalui Bloomberg.
“Hal tersebut hampir mustahil dilakukan sampai kita memiliki lebih banyak visibilitas sehubungan dengan bagaimana dunia keluar dari pandemi virus corona,” terangnya.
Namun, saham Netflix berhasil naik pascapenutupan perdagangan reguler di AS ketika perusahaan melaporkan bahwa jumlah pelanggannya bertambah hampir dua kali lebih banyak yang diperkirakan pada kuartal pertama.