Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Bisa Masuk Bertahap ke Saham Sambil Cermati Stimulus Fiskal

PT Eastspring Investments Indonesia (Eastspring Indonesia) melihat stimulus yang diberikan pemerintah dalam menghadapi wabah virus corona (COVID-19) bakal memicu inflasi, berbeda dengan stimulus pascakrisis 2008 yang bersifat deflasi.
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Gaham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (7/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Gaham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (7/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, PEKANBARU—PT Eastspring Investments Indonesia (Eastspring Indonesia) melihat stimulus yang diberikan pemerintah dalam menghadapi wabah virus corona (COVID-19) bakal memicu inflasi, berbeda dengan stimulus pascakrisis 2008 yang bersifat deflasi.

Dalam situasi seperti itu, investasi saham disebut menjadi pilihan yang tepat. Perlu diingat bahwa akhir dari wabah COVID-19 ini belum diketahui, sehingga investor disarankan untuk melakukan pembelian secara bertahap dulu.

Ari Pitojo, CIO Eastspring Indonesia, menjelaskan bahwa wabah COVID-19 ini merupakan tantangan baru di dunia. Waktu penyelesaian dan sejauh mana dampak ekonomi yang ditimbulkan bakal tergantung dengan perkembangan si virus dan langkah perlawanan yang dapat diambil.

Namun, melihat ke beberapa krisis yang terjadi di dunia keuangan sebelumnya, Ari menunjukkan terdapat perbedaan cara pemerintah memberikan stimulus untuk menjaga ketahanan ekonomi.

“Dari sisi investasi, yang menarik buat saya adalah perbedaan stimulus yang diberikan pada krisis sebelum kejadian COVID-19 dan setelahnya,” tulis Ari melalui Spring Letter edisi April 2020 yang diterima Bisnis, Selasa (7/4/2020).

Adapun pascakrisis ekonomi global pada 2008, stimulus ekonomi yang diberikan oleh pembuat kebijakan di seluruh dunia merupakan stimulus moneter dalam bentuk penurunan suku bunga dan pembelian surat utang pemerintah maupun korporasi.

Sementara itu, stimulus yang diberikan untuk menahan dampak negatif COVID-19 saat ini merupakan stimulus kepada pekerja yang kehilangan mata pencahariannya.

Dari perbandingan itu, terlihat perbedaan strategi yang diambil pemerintah yaitu strategi moneter yang bersifat deflasi pascakrisis 2008 dan kebijakan fiskal bersifat inflasi untuk menghadapi COVID-19.

Perbedaan stimulus pemerintah tersebut tentu akan mengubah strategi investsi. Ari memperkirakan arah penurunan suku bunga di dunia bakal terbatas, sementara di Indonesia masih terbuka peluang pemangkasan suku bunga tetapi tak selebar sebelumnya.

“Selain karena tingkat suku bunga dunia saat ini juga sudah rendah, program cetak uang di 2020 ini akan lebih bersifat inflasi karena para penerimanya akan segera membelanjakannya. Pada situasi inflasi, investasi saham merupakan pilihan yang tepat,” jelas Ari.

Namun, investor disarankan untuk tetap mencermati sejauh mana COVID-19 akan bertahan karena sampai kapan perang virus ini berlangsung tidak ada yang tahu.

Dengan demikian, saat ini pembelian secara bertahap sudah dapat dilakukan karena besaran program stimulus fiskal yang akan dikucurkan pemerintah dapat dihitung.

“Bagi kami, kejadian pandemi COVID-19 merupakan kejadian luar biasa dan berada di luar perkiraan kami. Yang bisa kami lakukan saat ini dalam berinvestasi adalah mengambil posisi, di mana posisi tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa kita akan bisa melalui cobaan ini,” tulis Ari. 

Secara teknis pasar modal telah masuk ke pasar bearish (Bear Market) mengingat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 27,95%, indeks saham syariah turun 33%, dan indeks obligasi pemerintah melemah 2,5% secara year-to-date hingga akhir Maret 2020.

Sementara pada Maret saja, IHSG terkoreksi 16,76%, Indeks Obligasi Pemerintah IBPA INDOBeX turun 4,8% di tengah nilai tukar Rupiah yang terdepresiasi 15% ke level Rp 16.367 per dolar AS.

Eastspring Indonesia merupakan manajer investasi anggota Group Prudential Plc. dengan dana kelolaan atau asset under management (AUM) sebesar Rp74,87 triliun per 31 Maret 2020 atau turun 18,69% sejak akhir 2019 senilai Rp92,08 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper