Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Rupiah Tembus Rp15.000 per Dolar AS, Pertama Kali Sejak November 2018

Pelemahan rupiah terjadi berbarengan dengan depresiasi mata uang negara berkembang lainnya.
Warga melintas di depan salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Warga melintas di depan salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh level psikologis Rp15.000 untuk pertama kalinya sejak November 2018. Nilai tukar rupiah kembali melemah seiring dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap pandemi virus corona atau covid-19.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (17/3/2020) pukul 9.11 WIB,  rupiah sentuh level Rp15.015 per dolar AS, melemah 0,54 persen atau 83 poin. Sepanjang tahun berjalan 2020, rupiah telah terkoreksi 7,6 persen, menjadi mata uang dengan kinerja year to date paling loyo di antara mata uang Asia lainnya.

Padahal, pada awal tahun rupiah berhasil mencatatkan kinerja yang baik menjadi mata uang Asia dengan penguatan terbesar melawan dolar AS pada Januari 2020. Bahkan, pada awal tahun rupiah juga berhasil stabil bergerak di kisaran Rp13.000 per dolar AS.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan bahwa penurunan rupiah kali masih digerakkan oleh sentimen global yang sama yaitu sentimen penyebaran virus corona atau covid-19.

Dia menambahkan, rupiah tidak melemah sendirian, tapi juga berbarengan dengan mata uang pasar berkembang lainnya. Pelaku  pasar saat ini masih cenderung menghindari aset berisiko dan berlindung ke dolar AS sebagai aset yang dianggap sebagai safe haven saat ini.

“Bahkan, pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan penurunan GWM [giro wajib minimum] perbankan AS sudah sentuh level nol, belum mampu mengangkat sentimen pasar sehingga perlu langkah-langkah lebih besar seluruh negara, terutama G7, untuk mengangkat sentimen pasar,” ujar David saat dihubungi Bisnis, Selasa (17/3/2020).

Namun, level nilai tukar rupiah saat ini dinilai belum cukup parah mempengaruhi ekonomi dalam negeri karena masih berada diambang level yang bisa diantisipasi oleh para pelaku usaha, terutama importir.

Sementara itu, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa masih ada potensi rupiah untuk berbalik menguat seiring dengan indeks Nikkei dan S&P Futures yang bergerak positif.

“Rupiah masih berpotensi tertekan karena kekhawatiran penyebaran corona, tetapi sentimen stimulus AS bisa membantu menahan pelemahan rupiah, karena mampu mengangkat sentimen sebagian pelaku pasar,” ujar Ariston saat dihubungi Bisnis, Selasa (17/3/2020).

Dia memproyeksi rupiah pada perdagangan hari ini bergerak di  kisaran Rp14.800 per dolar AS hingga Rp15.000 per dolar AS.

Untuk diketahui, saat ini Pemerintah AS masih bernegosiasi dengan Senat untuk menggelontorkan paket stimulus yang lebih besar. Bank Sentral Australia juga mempersiapkan stimulus moneter  lanjutan dan Pemerintah Selandia Baru juga merilis stimulus 12,1 miliar dolar New Zealand pagi ini.  

Selain itu, Bank Indonesia juga dijadwalkan untuk bertemu dalam Rapat Dewan Gubernur pada 19 Maret 2020. Berdasarkan jajak pendapat ekonom yang dilakukan oleh Bloomberg, Bank Indonesia diperkirakan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper