Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kaleidoskop 2019 : Bursa Asia Bertahan di Tengah Gejolak

Gejolak ekonomi dan geopolitik nampaknya tidak membendung gerak pasar saham di Asia sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Seorang wanita menunjuk ke papan elektronik yang menunjukkan harga saham ketika dia berpose di depan dewan setelah upacara pembukaan Tahun Baru di Tokyo Stock Exchange (TSE), Tokyo, Jepang, 4 Januari 2019./REUTERS-Kim Kyung-Hoon
Seorang wanita menunjuk ke papan elektronik yang menunjukkan harga saham ketika dia berpose di depan dewan setelah upacara pembukaan Tahun Baru di Tokyo Stock Exchange (TSE), Tokyo, Jepang, 4 Januari 2019./REUTERS-Kim Kyung-Hoon

Bisnis.com, JAKARTA – Gejolak ekonomi dan geopolitik nampaknya tidak membendung gerak pasar saham di Asia sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Selain itu, sejumlah data ekonomi juga turut menjadi motor penggerak pasar saham di kawasan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks MSCI Asia Pacific telah menguat hingga 15,95 persen sejak awal tahun ini, berbanding terbalik dengna periode sama tahun 2018 yang melemah 15,92 persen.

Indeks bahkan bergerak di kisaran level tertingginya sejak 18 bulan terakhir pada pekan ini, didorong oleh perkembangan positif perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

Kementerian Keuangan China pada Senin (23/12/2019) mengatakan akan menurunkan tarif sejumlah produk mulai dari daging babi beku dan alpukat hingga semikonduktor tahun depan dalam upaya meningkatkan impor.

Pekan sebelumnya, Presiden Donald Trump mengatakan AS dan China akan "segera" menandatangani pakta dagang Fase Pertama. Rencananya, kesepakatan ini akan ditandatangani pada awal Januari 2020.

Peter Cardillo, kepala ekonom pasar modal di Spartan Capital Securities mengatakan pasar masih tetap fokus pada perkembangan seputar perang perdagangan.

"Ini reli yang didasarkan pada momentum beli sekarang. Saham sedang diminati, dan itu akan terus berlanjut sampai akhir tahun," ungkapnya, seperti dikutip Reuters.

Di sisi lain, pasar saham di Asia tak lepas dari gejolak regional, di antaranya konflik antara Korea Selatan dan Jepang.

Perseteruan kedua negara yang dipicu permasalahan masa lalu ini kian memanas dan menyebar ke ekonomi, setelah Jepang menghapus Korsel dari daftar putih ekspor yang menikmati fasilitas prioritas. Kebijakan tersebut mulai berlaku pada 28 Agustus 2019.

Selain itu, bursa saham juga mendapat tekanan dari aksi demonstrasi berkepanjangan yang melanda Hong Kong yang dipicu oleh penolakan terhadap RUU ekstradisi  yang kemudian menyebar menjadi seruan untuk demokrasi yang lebih luas.

Nikkei 225 & Topix Jepang

Kaleidoskop 2019 : Bursa Asia Bertahan di Tengah Gejolak

Sepanjang tahun 2018 hingga akhir perdagangan Senin (22/12), indeks Nikkei 225 membukukan kenaikan sekitar 19,92 persen. Indeks Nikkei bahkan berhasil menembus level 24.000 pada perdagangan 13 Desember.

Sementara itu, indeks Topix membukukan kenaikan sekitar 15,75 persen sepanjang tahun 2019 hingga akhir perdagangan Senin. Baik indeks Nikkei 225 dan Topix mencatatkan level tertingginya tahun ini pada akhir perdagangan 17 Desember. Penguatan keduanya mengikuti pergerakan bursa saham AS yang menyentuh level tertinggi sepanjang masa.

Lonjakan tersebut didorong oleh meredanya ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing dan data ekonomi dari China. Kedua negara sepakat untuk menangguhkan tarif yang dijadwalkan mulai berlaku pada 15 Desember untuk berbagai produk konsumen, termasuk iPhone dari Apple Inc.

Di sisi lain, konflik antara Korsel-Jepang sempat menekan kedua indeks. Nikkei 225 melemah hingga 1,11 persen pada 26 Desember, dua hari menjelang hari efektif penghapusan Korsel dari daftar putih ekspor. Indeks Topix pun mengekor dengan pelemahan 1.61 persen.

Hang Seng

Kaleidoskop 2019 : Bursa Asia Bertahan di Tengah Gejolak

Pergerakan indeks Hang Seng tak lepas dari ketidakpastian politik yang turut membebani terhadap ekonomi dan menyeret turun kepercayaan investor.  

Sejak aksi protes besar-besaran yang dimulai pada 9 Juni 2019, indeks Hang Seng membukukan penguatan 7,97 persen hingga akhir perdagangan Senin (23/12), berbanding terbalik dengan pergerakan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat pelemahan hingga 16,1 persen.

Selain itu, investor memburu saham pasar domestik China (A shares) karena mereka mendapatkan lebih banyak bobot dalam beberapa indeks MSCI utama.

“Sangat mungkin kinerja pasar A shares akan mengalahkan saham di Hong Kong tahun depan,” ungkap Hong Hao, kepala riset di Bocom International, seperti dilansir melalui South China Morning Post.

“Pasar [Hong Kong] kurang memiliki katalis, sesuatu yang melebihi ekspektasi pasar, untuk membalikkan tren penurunannya,” tambah Hong.

Shanghai Composite & CSI 300

Kaleidoskop 2019 : Bursa Asia Bertahan di Tengah Gejolak

Ketegangan perdagangan AS-China tidak dapat membendung laju positif bursa saham di China. Sepanjang tahun 2017 hingga akhir perdagangan Senin (23/12), indeks Shanghai Composite membukukan kenaikan sekitar 18,80 persen. Bahkan indeks CSI 300 unggul jauh dengan penguatan sekitar 31,77 persen.

Dengan penguatan ini, China berada pada jalur untuk menjadi pasar saham dengan kinerja terbaik di dunia tahun ini. Capaian ini berbanding terbalik dengan kienrja tahun 2018, ketika indeks CSI 300 anjlok 25 persen.

Analis di CMC Markets Singapura, Margaret Yang, mengatakan pasar telah bersiap untuk kembali tahun ini karena investor ritel yang mendominasi pasar saham daratan China melirik saham-saham yang dianggap murah.

Dia menambahkan bahwa kekhawatiran dampak perang perdagangan juga mereda di China, di mana konsumsi telah naik relatif baik dan pemerintah telah melakukan upaya bersama untuk membingkai konflik dengan AS dengan menekankan posisi kekuatan China dalam negosiasi.

"Orang-orang jauh lebih percaya diri tentang posisi China dalam perang dagang dan cenderung percaya [itu] tidak akan menghancurkan ekonomi China," kata Yang, seperti dikutip Financial Times.

Kospi Korea Selatan

Kaleidoskop 2019 : Bursa Asia Bertahan di Tengah Gejolak

Sepanjang tahun 2017 hingga akhir perdagangan Senin (23/12), indeks Kospi membukukan kenaikan sekitar 7,97 persen. Adapun sepanjang periode yang sama tahun sebelumnya, indeks Kospi hanya mencatatkan pelemajam sebesar 16,04 persen.

Proyeksi di 2020

Meskipun AS-China telah mencapai kesepakatan perdagangan fase pertama yang akan ditandatangani pada Januari 2010, sejumlah analis memperkirakan perang perdagangan kedua negara masih menjadi salah satu penyebab ketidakpastian terbesar bagi para investor.

Ketidakpastian tersebut diperkirakan akan bertambah, seiring dengan pemilihan presiden AS dan mungkin tidak berubah bahkan jika Presiden AS Donald Trump gagal terpilih kembali.

Kepala investasi aktif untuk Asia-Pasifik di BlackRock Belinda Boa meyakini risiko geopolitik, termasuk perang dagang , akan menjadi "pendorong utama" bagi ekonomi dan pasar di Asia tahun depan.

“Kebijakan perdagangan telah dan semakin tidak dapat diprediksi dan kami telah melihat lonjakan proteksionisme perdagangan. Ini menyimpang dari dekade globalisasi dan perdagangan bebas. Kami bergerak ke arah yang sangat berbeda," kata Boa, seperti dikutip South China Morning Post.

Di sisi lain, sejumlah analis lain mayoritas masih positif terhadap laju ekuitas secara umum pada tahun 2020, termasuk bursa saham China, mengingat lingkungan suku bunga yang rendah dan pemulihan pendapatan perusahaan tahun depan. Namun mereka memperingatkan bahwa return saham bisa saja rendah karena perang perdagangan dan pemilihan AS adalah salah satu risiko terbesar ke pasar tahun depan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper