Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Resah Soal AS-China, Bursa Eropa Tergelincir ke Zona Merah

Bursa Eropa gagal memperpanjang reli dan berakhir di zona merah pada perdagangan Kamis (28/11/2019) di tengah kekhawatiran atas bangkitnya tensi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Indeks Bursa Eropa/Reuters
Indeks Bursa Eropa/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa gagal memperpanjang reli dan berakhir di zona merah pada perdagangan Kamis (28/11/2019) di tengah kekhawatiran atas bangkitnya tensi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Berdasarkan data Reuters, indeks Stoxx 600 Eropa ditutup turun 0,1 persen setelah mampu mencetak reli pada empat hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.

Saham-saham yang sensitif terhadap isu perdagangan seperti produsen suku cadang otomotif mendorong penurunan pada indeks saham acuan Eropa tersebut, dengan turun 0,8 persen.

Pihak Gedung Putih mengungkapkan bahwa Presiden AS Donald Trump telah menandatangani rancangan undang-undang (RUU) terkait Hong Kong untuk menjadi UU pada Rabu (27/11/2019) waktu setempat.

Undang-undang tersebut akan memungkinkan tinjauan tahunan status perdagangan khusus Hong Kong di bawah hukum Amerika dan sanksi terhadap pejabat yang dianggap bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia ataupun merongrong otonomi kota Hong Kong, wilayah yang dikendalikan oleh China.

Merespons keputusan ini, pemerintah Tiongkok menegaskan kembali ancamannya untuk mengambil tindakan, meskipun tidak memberikan perincian tentang bagaimana atau kapan langkah itu akan dilakukan.

"Pasar bereaksi dengan cara positif yang hati-hati terhadap fakta bahwa kita tidak memiliki perincian tentang tindak pembalasan (China),” ujar Ken Odeluga, analis pasar di City Index, London.

“Saya pikir kita akan tahu lebih banyak dalam beberapa hari mendatang,” tambahnya.

Pekan ini, bursa Eropa mampu mengekori reli bursa saham global pada umumnya didorong optimisme atas tercapainya kesepakatan perdagangan pendahuluan antara dua negara berekonomi terbesar di dunia itu.

Investor kini menantikan saat penting berikutnya yakni 15 Desember, ketika pemerintah AS dijadwalkan mengenakan tarif baru terhadap impor China termasuk barang elektronik dan dekorasi Natal.

Investor juga mencermati sejumlah indikator ekonomi ketika mesin ekonomi Eropa, Jerman, merayap di sekitar jurang resesi, meskipun data terbaru mengisyaratkan bahwa kondisi penurunan telah mencapai titik terbawahnya (bottom out).

Data baru pada Kamis (28/11) menunjukkan inflasi tahunan Jerman naik sedikit pada bulan November, tetapi tetap jauh di bawah level target Bank Sentral Eropa untuk bulan ketujuh berturut-turut.

Pedagang juga mengabaikan rebound yang lebih baik dari perkiraan dalam sentimen ekonomi zona euro pada November.

"Sudah cukup jelas bahwa meskipun beberapa pertumbuhan yang menurun mungkin mulai stabil, belum ada tanda yang realistis ataupun signifikan bahwa kita telah sampai pada akhir perlambatan," sambung Odeluga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper