Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Rendah dan Kinerja Saham Global Topang RD Dolar AS

Tak hanya itu, tren suku bunga yang diturunkan Bank Sentral AS (Federal Reserve) juga tekah menggairahkan aset surat utang dolar AS.
Seorang pembeli menghitung uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Seorang pembeli menghitung uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja produk reksa dana berdenominasi dolar AS mencetak kinerja yang ciamik sejak awal tahun. Hal ini ditopang oleh kinerja bursa di kawasan Asia yang lebih baik ketimbang bursa Tanah Air.

Tak hanya itu, tren suku bunga yang diturunkan Bank Sentral AS (Federal Reserve) juga tekah menggairahkan aset surat utang dolar AS.

Berdasarkan data Infovesta Utama per 21 November 2019, sebanyak 32 produk dari total 62 produk mencatatkan kinerja positif. Bahkan hampir separo di antaranya terpantau tumbuh dobel digit sejak awal tahun. Sementara hanya 2 produk yang mencatatkan kinerja negatif.

Adapun imbal hasil paling tinggi ditorehkan oleh produk Star Fixed Income Dollar besutan PT Surya Timur Alam Raya (STAR) yang berjenis pendapatan tetap sebesar 22,49 persen.

Mengikuti di bawahnya produk reksa dana saham BNP Paribas Cakra Syariah USD yang dikelola PT BNP Paribas Investment Partner dengan return 21,27 persen ytd.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan bahwa reksa dana berdenominasi dolar AS berbasis obligasi telah menikmati berkah dari penurunan suku bunga. Sementara dari reksa dana saham berdenominasi dolar AS mengikuti kinerja pasar saham di Asia Pasifik yang lebih baik ketimbang IHSG.

“Untuk tahun depan, tren suku bunga turun masih berlanjut, jadi obligasi USD masih menarik,” katanya kepada Bisnis, Rabu (27/11/2019). 

Tenno Tinodo, Direktur Investasi Ciptadana Asset Management, menjelaskan bahwa kinerja reksa dana berdenominasi dolar AS jenis pendapatan tetap sangat terpengaruh oleh tingkat suku bunga The Fed.

“Di reksa dana itu umumnya berbentuk obligasi korporasi. Jadi, pada kondisi sekarang, spread terhadap obligasi pemerintah berdenominasi dolar AS masih besar sehingga potensi upside-nya masih cukup bagus,” tutur Tenno.

Dirinya menambahkan ketika suku bunga semakin turun, spread antara obligasi high yield dengan yang investment grade akan mengecil. Dengan demikian, kenaikan harga akan lebih cepat terjadi di obligasi korporasi dolar AS ketimbang oblgiasi milik pemerintah.

Adapun kinerja produk Cipta Obligasi USD yang disebut berinvestasi pada obligasi korporasi berdenominasi dolar AS tercatat tumbuh 16 persen ytd.

Kendati performanya memuaskan, Tenno merekomendasikan investor untuk kembali mengakumulasi reksa dana saham pada tahun depan.

Pasalnya, The Fed diperkriakan pada tahun depan tidak akan agresif memangkas suku bunga. Berdasarkan konsensus, The Fed hanya akan menurunkan suku bunga setidaknya hanya 2 kali sehingga geliat pasar obligasi pun bakal terbatas.

“Pada kondisi sekarang justru saya agak berbalik, selama tahun ini saham underperform.  Tapi sebenarnya aliran dana masuk ke obligasi saat ini mungkin berikutnya akan mengalir ke bursa saham, sahamnya juga masih murah,” jelasnya.

Sementara itu, risiko berinvestasi di produk reksa dana dolar AS—khususnya yang berjenis pendapatan tetap—disebut Tenno akan sangat bergantung dengan laju inflasi di Negeri Paman Sam.

Apabila inflasi di AS tak terkendali dan membuat The Fed berbalik arah dengan menaikkan suku bunga, kinerja obligasi akan turun signifikan khususnya yang berjenis investment grade.

“Sekarang memang menarik, tapi harus lebih berhati-hati kalau arah penurunan suku bunga berbalik,” tuturnya sambil menambahkan bahwa risiko kurs saat ini tak banyak berpengaruh karena nilai tukar rupiah masih cukup kondusif.

 

 

Kinerja Reksa Dana Berdenominasi Dolar AS 

 

No

Nama

YTD( persen)

Manajer Investasi

1

Star Fixed Income Dollar

22,49

PT. Surya Timur Alam Raya (STAR)

2

BNP Paribas Cakra Syariah USD

21,27

PT BNP Paribas Investment Partners

3

Reksa Dana Syariah Indosurya Hepi Ekuitas Global Syariah USD

18,69

PT Indosurya Asset Management

4

Cipta Obligasi USD

16

PT Ciptadana Asset Management

5

Bahana USD Global Sharia Equities

15,67

PT Bahana TCW Investment Management

6

Mandiri Global Sharia Equity Dollar

12,92

PT Mandiri Manajemen Investasi

7

Ashmore Dana USD Nusantara

12,52

PT Ashmore Asset Management Indonesia

8

Aberdeen Syariah Asia Pacific Equity USD Fund

12,28

PT Aberdeen Asset Management

9

Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS

12,18

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia(MAMI)

10

MaestroDollar

12,08

PT AXA Asset Management Indonesia

Ket: YTD per 21 November 2019

 

Sumber: Infovesta Utama

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper