Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja produk reksa dana berdenominasi dolar AS mencetak kinerja yang ciamik sejak awal tahun. Hal ini ditopang oleh kinerja bursa di kawasan Asia yang lebih baik ketimbang bursa Tanah Air.
Tak hanya itu, tren suku bunga yang diturunkan Bank Sentral AS (Federal Reserve) juga tekah menggairahkan aset surat utang dolar AS.
Berdasarkan data Infovesta Utama per 21 November 2019, sebanyak 32 produk dari total 62 produk mencatatkan kinerja positif. Bahkan hampir separo di antaranya terpantau tumbuh dobel digit sejak awal tahun. Sementara hanya 2 produk yang mencatatkan kinerja negatif.
Adapun imbal hasil paling tinggi ditorehkan oleh produk Star Fixed Income Dollar besutan PT Surya Timur Alam Raya (STAR) yang berjenis pendapatan tetap sebesar 22,49 persen.
Mengikuti di bawahnya produk reksa dana saham BNP Paribas Cakra Syariah USD yang dikelola PT BNP Paribas Investment Partner dengan return 21,27 persen ytd.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan bahwa reksa dana berdenominasi dolar AS berbasis obligasi telah menikmati berkah dari penurunan suku bunga. Sementara dari reksa dana saham berdenominasi dolar AS mengikuti kinerja pasar saham di Asia Pasifik yang lebih baik ketimbang IHSG.
Baca Juga
“Untuk tahun depan, tren suku bunga turun masih berlanjut, jadi obligasi USD masih menarik,” katanya kepada Bisnis, Rabu (27/11/2019).
Tenno Tinodo, Direktur Investasi Ciptadana Asset Management, menjelaskan bahwa kinerja reksa dana berdenominasi dolar AS jenis pendapatan tetap sangat terpengaruh oleh tingkat suku bunga The Fed.
“Di reksa dana itu umumnya berbentuk obligasi korporasi. Jadi, pada kondisi sekarang, spread terhadap obligasi pemerintah berdenominasi dolar AS masih besar sehingga potensi upside-nya masih cukup bagus,” tutur Tenno.
Dirinya menambahkan ketika suku bunga semakin turun, spread antara obligasi high yield dengan yang investment grade akan mengecil. Dengan demikian, kenaikan harga akan lebih cepat terjadi di obligasi korporasi dolar AS ketimbang oblgiasi milik pemerintah.
Adapun kinerja produk Cipta Obligasi USD yang disebut berinvestasi pada obligasi korporasi berdenominasi dolar AS tercatat tumbuh 16 persen ytd.
Kendati performanya memuaskan, Tenno merekomendasikan investor untuk kembali mengakumulasi reksa dana saham pada tahun depan.
Pasalnya, The Fed diperkriakan pada tahun depan tidak akan agresif memangkas suku bunga. Berdasarkan konsensus, The Fed hanya akan menurunkan suku bunga setidaknya hanya 2 kali sehingga geliat pasar obligasi pun bakal terbatas.
“Pada kondisi sekarang justru saya agak berbalik, selama tahun ini saham underperform. Tapi sebenarnya aliran dana masuk ke obligasi saat ini mungkin berikutnya akan mengalir ke bursa saham, sahamnya juga masih murah,” jelasnya.
Sementara itu, risiko berinvestasi di produk reksa dana dolar AS—khususnya yang berjenis pendapatan tetap—disebut Tenno akan sangat bergantung dengan laju inflasi di Negeri Paman Sam.
Apabila inflasi di AS tak terkendali dan membuat The Fed berbalik arah dengan menaikkan suku bunga, kinerja obligasi akan turun signifikan khususnya yang berjenis investment grade.
“Sekarang memang menarik, tapi harus lebih berhati-hati kalau arah penurunan suku bunga berbalik,” tuturnya sambil menambahkan bahwa risiko kurs saat ini tak banyak berpengaruh karena nilai tukar rupiah masih cukup kondusif.
No | Nama | YTD( persen) | Manajer Investasi |
1 | Star Fixed Income Dollar | 22,49 | PT. Surya Timur Alam Raya (STAR) |
2 | BNP Paribas Cakra Syariah USD | 21,27 | PT BNP Paribas Investment Partners |
3 | Reksa Dana Syariah Indosurya Hepi Ekuitas Global Syariah USD | 18,69 | PT Indosurya Asset Management |
4 | Cipta Obligasi USD | 16 | PT Ciptadana Asset Management |
5 | Bahana USD Global Sharia Equities | 15,67 | PT Bahana TCW Investment Management |
6 | Mandiri Global Sharia Equity Dollar | 12,92 | PT Mandiri Manajemen Investasi |
7 | Ashmore Dana USD Nusantara | 12,52 | PT Ashmore Asset Management Indonesia |
8 | Aberdeen Syariah Asia Pacific Equity USD Fund | 12,28 | PT Aberdeen Asset Management |
9 | Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS | 12,18 | PT Manulife Aset Manajemen Indonesia(MAMI) |
10 | MaestroDollar | 12,08 | PT AXA Asset Management Indonesia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel