Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga berhasil menguat pada perdagangan Rabu (20/11/2019) seiring dengan rencana penggelontoran stimulus oleh China, konsumen utama logam yang digunakan dalam daya dan konstruksi.
Pada perdagangan Rabu (20/11/2019) hingga pukul 19.10 WIB, harga tembaga di bursa London bergerak menguat 0,34% menjadi US$5.801,5 per ton.
Sebagai informasi, Bank Sentral China kembali memangkas suku bunga pinjaman baru untuk ketiga kalinya sejak Agustus, seperti yang diharapkan pasar secara luas.
Selain itu, Gubernur People's Bank of China Yi Gang mengatakan bahwa bank sentral bertujuan untuk mengurangi suku bunga kredit riil dan meningkatkan dukungan kredit kepada ekonomi. Hal tersebut dilakukan seiring dengan tekanan pertumbuhan dari negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah meningkat.
Adapun, stimulus yang siap digelontorkan Bank Sentral China tersebut menjadi sentimen positif bagi tembaga karena memberikan harapan pasar adanya pemulihan permintaan terhadap tembaga yang telah terkontraksi akibat perang dagang sejak tahun lalu.
Kendati demikian, pergerakan tembaga tampak terbatas dibebani oleh ancaman Presiden AS Donald Trump kepada China terkait tarif impor.
Mengutip riset ANZ Research, Donald Trump mengeluarkan ancaman baru terhadap China, mengatakan bahwa Washington akan menaikkan tarif impor Tiongkok jika tidak ada kesepakatan untuk mengakhiri pertengkaran.
“Fokus tetap pada pembicaraan perdagangan AS-China, dan pasar tampaknya enggan untuk bergerak banyak di kedua arah sampai sengketa dagang diselesaikan," tulis ANZ dalam risetnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (20/11/2019).