Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analisa Pasar Pekan Depan : Sentimen Ini Diprediksi Pengaruhi Gerak IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan pekan depan.
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan pekan depan.
 
Hans Kwee, Direktur PT. Anugerah Mega Investama, mengatakan IHSG diperkirakan berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 5997 sampai 5900 dan resistance di level 6154 sampai 6200.
 
Hasil analisa pasar dari Anugerah Mega Investama mengungkapkan pekan depan beberapa sentimen berikut ini mungkin mempengaruhi pasar.
 
Hans menjelaskan menurut FedWatch CME Group terdapat ekspektasi untuk penurunan suku bunga The Fed pada rapat Oktober menjadi 93,5% dari 77%. Hal ini tidak lepas dari data Automatic Data Processing yang kurang baik dan indeks sektor jasa ISM juga turun ke 52,6 pada September dari 56,4 di bulan sebelumnya. Indeks ketenagakerjaan juga merosot ke posisi 50,4 dari 53,1 pada Agustus, terlemah sejak Februari 2014. 
 
Kemudian, laporan sektor manufaktur Amerika Serikat juga memperlihatkan penurunan tajam indeks PMI ke level terendah dalam lebih dari 10 tahun. Kurang baiknya data ekonomi Amerika berpeluang membawa negara tersebut masuk ke resesi. Menurut consensus Bloomberg kemungkinan Amerika Serikat mengalami resesi sebesar 35%. 
 
"Hal ini membuka harapan The Fed melakukan penurunan suku bunga di bulan Oktober. Apa lagi tekanan dari Presiden Trump yang berharap Fed lebih agresif menurunkan suku bunga. Ini tentu tidak terlepas harapan kebijakan moneter yang longer menjelang pemilu US tahun depan, yang diharapkan menaikan popularitas pemerintah," jelasnya. 
 
Sementara itu, isu perang dagang masih akan menjadi perhatian pasar mengingat proses negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan China akan kembali dilanjutkan pada 10–11 Oktober di Washington dimana Wakil Perdana Menteri China Liu He akan menjadi salah satu yang didelegasikan dari Beijing. 
 
Dia mengatakan ada harapan terjadi kesepakatan tentatif dapat dicapai pada akhir tahun ini mengingat Donald Trump mungkin akan berusaha menghindarkan ekonomi Amerika Serikat jatuh ke resesi apalagi tahun depan adalah tahun pemilu. China juga bertindak bersahbaat dan diperkirakan telah membeli sekitar 1 juta ton kedelai Amerika Serikat, meskipun ekspor pertanian Amerika Serikat turun sekitar 7% dari 2018. 
 
"Berita perang dagang sangat mempengaruhi pergerakan pasar global dan IHSG karena menimbulkan kekawatiran resesi global ketika tidak di temukan solusi yang saling menguntungkan," katanya. 
 
Adapun melebarnya perang dagang ke Uni Eropa setelah WTO menetapkan adanya subsidi beberapa produk yang dihasilkan. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa pemerintah Amerika Serikat akan memberlakukan tarif impor bagi produk asal Uni Eropa senilai US$7,5 miliar. 
 
Hans mengatakan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah menyetujui tarif AS sebesar 10% terhadap pesawat Airbus buatan Eropa, dan 25% atas berbagai barang mulai dari anggur Prancis hingga wiski Scotch. 
 
"Namun kami menilai daftar detail produk yang terkena imbas menunjukkan dampak ekonomi yang minimal sehingga tidak membuat penurunan pasar yang sangat dalam. Tetapi melebarnya perang dagang tentu menjadi hal yang mengkawatirkan," katanya  
 
Kemudian, sentimen dari risiko Brexit tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa juga menjadi perhatian pasar. PM Boris Johnson telah membuat proposal Brexit dan Inggris dijadwalkan meninggalkan Uni Eropa pada 31 Oktober. 
 
"Hal ini tentu meningkatkan kekawatiran pasar karena Brexit tanpa kesepatakan akan memukul pertumbuhan ekonomi Uni Eropa dan Inggris. Apa lagi beberapa data seperti Indeks PMI Komposit zona euro, Indeks PMI sektor jasa dan Indeks PMI sektor jasa Jerman dan Prancis juga turun dan lebih rendah dari ekspektasi menunjukan ekonomi Uni Eropa mengalami perlambatan," jelasnya.
 
Hans mengatakan beberapa emiten juga berpeluang menguat seperti BBNI, BBRI, MEDC, dan UNVR. 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agne Yasa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper