Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed dan BI Diproyeksi Pangkas Suku Bunga, Rupiah Siap Mengudara

Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan bahwa rupiah memiliki potensi kuat untuk menang melawan dolar AS karena pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed akan menggiring bank sentral lainnya untuk melakukan hal yang sama sehingga meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah diprediksi berpotensi untuk bergerak menguat terbatas pada perdagangan Kamis (19/9/2019) seiring dengan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed sebesar 25 basis poin dan juga ditopang oleh proyeksi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia.

Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan bahwa rupiah memiliki potensi kuat untuk menang melawan dolar AS karena pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed akan menggiring bank sentral lainnya untuk melakukan hal yang sama sehingga meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko.

Seperti yang diketahui, pada pekan ini, setidaknya terdapat 3 bank sentral dunia yang akan melakukan pertemuan kebijakan moneter bulanan yaitu The Fed atau Bank Sentral AS pada 18 September 2019 atau Kamis dini hari waktu Indonesia, Bank of Japan (BoJ) dan Bank of England (BoE) pada 19 September 2019.

Dalam pertemuan kebijakan moneternya (FOMC meeting) yang berakhir Rabu (18/9) waktu AS, The Fed mengumumkan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 1,75 persen – 2 persen. Ini menjadi langkah pemangkasan kedua yang dilakukan The Fed sepanjang tahun ini.

Bank Indonesia pun dijadwalkan akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur pada Kamis (19/9/2019).

“Namun, pasar juga masih akan melihat isi pidato dari Gubernur The Fed Jerome Powell. Kalau Powell mengeluarkan komentar tidak dovish seperti yang tidak diharapkan pasar justru ini akan menjadi sentimen dolar untuk menguat sehingga rupiah melemah. Jadi kuncinya adalah pertemuan The Fed,” ujar Faisyal kepada Bisnis, Rabu (18/9).

Dia juga mengatakan, meski The Fed memangkas suku bunga acuan, pasar masih khawatir Jerome Powell akan mengeluarkan komentar yang tidak dovish dan ambigu seperti yang terjadi pada pemangkasan suku bunga AS Juli lalu.

Pada saat itu alih-alih melemah, greenback justru bergerak menguat karena Powell menilai pemangkasan suku bunga acuan tersebut merupakan termasuk ke dalam siklus jangka menengah.

Faisyal juga mengatakan bahwa bentuk antisipasi pasar terhadap sentimen tersebut sudah tercermin dari indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak menguat 0,1 persen menjadi 98,362.

Kendati demikian, jikapun rupiah berbalik melemah akibat komentar Powell yang tidak dovish, pergerakan mata uang Garuda akan terbantu jika Bank Indonesia akan melanjutkan siklus pelonggarannya dengan kembali memangkas suku bunga acuannya.

“Kalau keputusan BI itu disambut baik oleh pasar karena mengecilkan peluang kredit macet, pelemahan rupiah kalau Powell tidak dovish menjadi terbatas. Apalagi fundamental rupiah juga mendukung seperti neraca perdagangan yang kembali surplus bulan lalu,” papar Faisyal.

Dia memprediksi pada perdagangan Kamis (19/9/2019) rupiah bergerak di kisaran Rp13.980 per dolar AS hingga Rp14.140 per dolar AS.

MENGUAT

Adapun, pada penutupan perdagangan Rabu (18/9) rupiah berada di level Rp14.067 per dolar AS berhasil menguat 0,23 persen atau 34 poin dan menjadi mata uang yang memiliki kinerja terbaik kedua di Asia.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa penguatan rupiah kali ini didukung oleh meredanya ketegangan dagang AS dan China serta Bank Indonesia yang melakukan intervensi di pasar Valas dan Obligasi dalam perdagangan DNDF.

“Intervensi ini membawa hasil yang positif untuk mata uang garuda walaupun mata uang lainnya mengalami pelemahan,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya.

Kendati demikian, dia memprediksi rupiah pada perdagangan Kamis (19/9/2019) cenderung bergerak melemah di kisaran Rp14.035 per dolar AS hingga Rp14.120 per dolar AS akibat semakin sulitnya membaca langkah The Fed pada pertemuan bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper