Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah lesunya harga batu bara, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) masih menjadi pilihan utama dengan perkiraan menembus harga Rp1.600 hingga 12 bulan ke depan.
Analis PT Panin Sekuritas Tbk. Juan Oktavianus merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp1.630 per saham naik 13,9 persen dibandingkan level saat ini Rp1.435 per saham.
Peningkatan itu berdasarkan rata-rata price earning (PE) 5 tahun terakhir dengan PE 7,20 kali pada 2020 dan 20 persen implied PE premium to peers dengan PE 8,6 kali pada 2020.
“Kami menginisiasi beli dengan target harga di Rp 1.630 dengan implied PE 7,9 kali pada 2020,” tulisnya dalam riset.
Juan memperkirakan kinerja ADRO akan lebih baik dibandingkan saingan karena diversifikasi dari bisnis batubara lewat kestrel dan juga pembangkit listrik yang akan mulai beroperasi di 2019-2020. Selain itu, biaya operasi ADRO paling rendah diantara saingan didorong oleh tambang yang terintegrasi secara vertikal.
Menurutnya, pembangkit listrik bisa mendorong performa perusahaan. Volume produksi batu bara ADRO berpotensi mengalami peningkatan dengan mulai beroperasinya dua pembangkit listrik yaitu Tanjung Power Indonesia (TPI) dan Bhimasena Power Indonesia (BPI).
TPI direncanakan akan mulai beroperasi pada akhir tahun 2019 dengan ekspektasi perusahaan dapat menyerap 1 juta ton batu bara per tahun. Sementara untuk pembangkit listrik BPI direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2020 dengan ekspektasi perusahaan dapat menyerap 7 juta ton batu bara pertahun.
Analis PT Kresna Sekuritas Robertus Hardy pun merekomendasikan beli untuk ADRO. Dia menetapkan target harga 12 bulan ke depan Rp1700 per saham. Target itu menggunakan valuasi PE 7,9 kali dan 7,7 serta price book value (PBV) 0,83 kali dan 0,79 kali untuk 2019 dan 2020.
“Kami merevisi target sebelumnya sebesar Rp1.600 per saham karena tingginya estimasi produksi batu bara yang mencapai 55 juta ton – 56 juta ton,” sebutnya.
Adapun sentiment negative yang bisa menghambat pertumbuhan adalah laba yang lebih rendah dari ekspektasi US$481 juta – US$494 juta pada 2019-2020. Kedua adalah pendapatan yang lebih rendah dari perkiraan yakni US$3,52 miliar – US$3,70 miliar.