Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Citigroup Kerek Proyeksi Harga Nikel, Ini Alasannya

Citigroup Inc. meningkatkan proyeksi harga nikelnya pada 2020 dan 2021, tetapi menyarankan untuk tidak mengejar reli nikel akibat larangan ekspor bijih nikel Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA - Citigroup Inc. menilai pasar nikel global tidak akan mengalami kekurangan pasokan signifikan akibat Indonesia memajukan larangan eskpor bijih nikel 2 tahun lebih awal daripada yang dijadwalkan sebelumnya.

Dalam risetnya, Citigroup Inc. meningkatkan proyeksi harga nikelnya pada 2020 dan 2021, tetapi menyarankan untuk tidak mengejar reli nikel akibat larangan ekspor bijih nikel Indonesia.

Citigroup memperkirakan harga nikel pada 2020 akan berada di rata-rata US$17.500 per ton, sedangkan sebesar US$17.000 per ton pada 2021. Harga tersebut naik dari perkiraan sebelumnya, yaitu sekitar US$14.000 per ton pada 2020 dan 2021.

Sementara itu, untuk jangka panjang, Citigroup memprediksi harga nikel berpotensi untuk berada di sekitar level US$16.000 per ton pada 2023.

“Data dasar kami adalah bahwa harga yang tinggi saat ini cukup untuk menghentikan stok turun ke level rendah jangka menengah, tetapi bijih nikel dan stok olahan masih akan terbatas, terutama di beberapa tahun mendatang,” tulis Citigroup dalam risetnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (9/9/2019).

Harga saat ini dinilai sudah cukup tinggi untuk mempermudah dan mempercepat investasi tambang nikel di Indonesia.

Sebagai informasi, harga nikel di bursa LME menguat ke level tertingginya sejak 2014 di US$18.850 per ton pada pekan lalu setelah Indonesia mengkonfirmasi penghentian ekspor nikel mentah 2 tahun lebih awal dari yang direncanakan.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (9/9/2019) hingga pukul 15.57 WIB, harga nikel di bursa London bergerak melemah 0,46% menjadi US$17.860 per ton.

Adapun, sepanjang tahun berjalan harga telah bergerak 65,43%. Sementara itu, harga nikel di bursa Shanghai bergerak melemah 0,71% menjadi 140.290 yuan per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper