Bisnis.com, JAKARTA – Reli harga minyak mentah berhasil berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (29/8/2019), didorong indikasi atas berlanjutnya perundingan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober 2019 ditutup menanjak 93 sen di level US$56,71 per barel di New York Mercantile Exchange (lihat tabel).
Adapun minyak Brent kontrak Oktober 2019 menguat 59 sen dan berakhir di level US$61,08 per barel di ICE Futures Europe Exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$4,37 per barel terhadap WTI.
Dilansir dari Bloomberg, kontrak berjangka minyak di New York menguat 1,7 persen merespons pernyataan Presiden Donald Trump soal rencana pembicaraan perdagangan dengan China setelah Beijing menyatakan tidak akan segera melancarkan pembalasan terhadap kenaikan tarif terbaru dari AS.
Perkembangan terbaru ini telah memicu spekulasi bahwa diskusi perdagangan yang direncanakan untuk September bisa berjalan sesuai jadwal, sehingga membuka jalan bagi meredanya ketegangan antara kedua negara.
“Harapan untuk AS-China telah menjadi pendorong [kenaikan] pekan ini,” ujar Ashley Petersen, analis pasar minyak utama di Stratas Advisors, dilansir dari Bloomberg.
Baca Juga
“Rencana untuk pembicaraan pada Kamis telah mengisyaratkan optimisme bahwa perundingan perdagangan pada September akan terjadi. Itulah yang menyebabkan pasar [minyak] tetap kuat dan ditutup lebih tinggi,” tambahnya.
Harga minyak mentah mengarah menuju kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Juli, didukung oleh data pemerintah yang menunjukkan persediaan minyak di Cushing, Oklahoma, telah terjun ke level terendah dalam delapan bulan.
Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (28/8) juga melaporkan bahwa jumlah persediaan minyak mentah menurun tajam sebesar 10 juta barel.
Namun, menurut Gene McGillian, seorang analis dan broker senior di Tradition Energy, Connecticut, meskipun bullish untuk pasar, laporan EIA tentang penurunan itu diimbangi oleh rekor volume tinggi dalam produksi minyak mentah.
“Lebih penting lagi, tampaknya ada 'pertempuran' dua arah di pasar, sehingga menyebabkan harga mandek,” tutur McGillian.
“Di satu sisi, krisis perdagangan Trump-Beijing memperlambat kegiatan ekonomi, khususnya di Asia dan Eropa, serta mempengaruhi permintaan secara keseluruhan. Di sisi lain, ada upaya pemangkasan output oleh produsen dan sanksi Iran yang menekan pasokan dalam pasar,” terangnya.
Segala faktor yang bertentangan menyebabkan WTI terus bergerak di kisaran level US$55 dan Brent sekitar level US$60. Pasar, tambah McGillian, sedang mencari faktor pendorong berikutnya.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Oktober 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
29/8/2019 | 56,71 | +0,93 poin |
28/8/2019 | 55,78 | +0,85 poin |
27/8/2019 | 54,93 | +1,29 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Oktober 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
29/8/2019 | 61,08 | +0,59 poin |
28/8/2019 | 60,49 | +0,98 poin |
27/8/2019 | 59,91 | +1,21 poin |
Sumber: Bloomberg