Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Hong Kong mencatat penurunan tertajam di Asia, sedangkan nilai tukar yuan China melemah ke level terendahnya dalam 11 tahun di tengah kekhawatiran terhadap perang perdagangan yang semakin intensif.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Hang Seng anjlok 3 persen pada perdagangan pagi ini, Senin (26/8/2019) pukul 10.33 pagi waktu Hong Kong, mengarah ke penurunan terbesar sejak Oktober.
Pada saat yang sama, nilai tukar yuan China melemah 0,7 persen menjadi level 7,1449 per dolar AS dan indeks Shanghai Composite China melorot 1,3 persen.
Pada Jumat (23/8/2019), pemerintah China menyatakan bahwa pihaknya akan mengenakan tarif pembalasan terhadap barang-barang tambahan senilai US$75 miliar asal Amerika Serikat (AS).
Presiden AS Donald Trump merespons langkah ini dengan mengumumkan tarif tambahan untuk impor China. Trump juga meminta perusahaan-perusahaan AS untuk memindahkan operasionalnya dari China ke negara lain, termasuk kembali ke AS.
Menambah tekanan untuk aset berisiko, pihak kepolisian dan pengunjuk rasa Hong Kong kembali bentrok untuk akhir pekan ke-12. Di sisi lain, China menyampaikan peringatannya dengan tegas meskipun belum berpikir untuk mengerahkan pasukan di jalan-jalan perkotaan Hong Kong.
Demonstrasi anti pemerintah meningkat menjadi aksi kekerasan pada hari Minggu (25/8) ketika pengunjuk rasa melemparkan bom molotov ke pasukan keamanan. Petugas kemudian membalas dengan menembakkan meriam air dan gas air mata.
Aksi protes hari Minggu tersebut menjadi bentrokan paling sengit antara polisi dan demonstran sejak kekerasan meningkat pada pertengahan Juni guna menentang RUU ekstradisi yang akan memungkinkan warga Hong Kong diekstradisi ke China untuk diadili.
“Saya tidak melihat akhir dari siklus penurunan saat ini pada bursa saham Hong Kong. Hong Kong memimpin penurunan [di Asia] hari ini karena isu-isu domestik dan eksternal,” terang Ben Kwong, direktur eksekutif di KGI Asia Ltd.
Indeks Hang Seng bergerak menuju level penutupan terendahnya sejak 14 Agustus.
Pada Minggu (25/8/2019), kantor berita Xinhua News Agency menyatakan, selain menjadi otoritasnya, pemerintah pusat China juga bertanggung jawab untuk melakukan intervensi ketika kerusuhan terjadi di Hong Kong.
Sementara itu, nilai tukar yuan offshore turun 0,5 persen ke level 7,1661, setelah sempat meluncur 0,86 persen ke rekor level terendahnya dan yuan onshore telah turun 1,7 persen dalam penurunan beruntun delapan hari berturut-turut.
Pada Senin (26/8), Bank Sentral China menetapkan referensi harian di 7,0570, lebih kuat dari yang diperkirakan para analis.
“Selama China dapat memastikan bahwa pelemahan yuan terkendali dengan baik yaitu tidak memprovokasi arus keluar yang kuat, kemungkinan akan terjadi depresiasi lebih lanjut dalam mata uang ini,” ujar Mitul Kotecha, ekonom emerging market di Toronto-Dominion Bank, dilansir dari Bloomberg.