Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi Dibuka Bervariasi Menanti Suku Bunga BI

Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan para pelaku pasar pada perdagangan hari ini cenderung wait and see karena menanti pengumuman penurunan suku bunga.
Memantau layar surat utang negara/Bisnis
Memantau layar surat utang negara/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar obligasi pada perdagangan hari ini, Kamis (18/7/2019) dibuka bervariasi akibat menanti kepastian penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.

Dalam riset hariannya, Kamis (18/7/2019), Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan para pelaku pasar pada perdagangan hari ini cenderung wait and see karena menanti pengumuman penurunan suku bunga. Adapun, dia memperkirakan pasar akan berada di rentang harga 35 basis poin hingga 65 basis poin.

"Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariasi dengan rentang harga 35 – 65 bps," ujarnya.

Dia memperkirakan ada kemungkinan Bank Indonesia menurunkan suku bunga hari ini. Nico berujar meskipun Bank Indonesia telah menyatakan siap menurunkan suku bunga acuan, tetapi asih ada dua masalah utama yang membayangi.

Pertama, masalah waktu pemangkasan. Kedua, bobot pemangkasan suku bunga. Kondisi pasar keuangan global dan neraca pembayaran RI juga menjadi perhatian sebelum akhirnya BI mengeksekusi pemangkasan suku bunga.

"Kami melihat memang ada kemungkinan bahwa Bank Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga hari ini dengan potensi sebesar 40%, dengan 60% sisanya berpotensi untuk ditahan," katanya.

Di pasar keuangan global, petunjuk penurunan suku bunga pada 31 Juli 2019 oleh The Fed semakin kuat. Dia menilai meskipun peluang penurunan suku bunga The Fed semakin besar, Bank Indonesia tak perlu mengambil langkah lebih dulu. Pasalnya, RI merupakan pasar berkembang dengan rating BBB yang tidak dijadikan acuan oleh pasar keuangan global.

Langkah penurunan suku bunga BI pun mempertimbangkan selisih tingkat suku bunga AS dan RI yang akan mengecil. Bila hal itu yang terjadi, terdapat potensi keluarnya dana asing dari pasar keuangan yang menekan kurs rupiah terhadap dolar.

Menurutnya, kondisi saat ini cukup kondusif dengan kestabilan rupiah, IHSG dan yield surat utang yang terus turun. Lalu, BI telah melonggarkan kebijakan makroprodential melalui pemangkasan Giro Wajib Minimum sebesar 50 bps yang membuat likuiditas bertambah.

Dia berujar lebih baik menanti sampai The Fed mengeksekusi penurunan suku bunga untuk menurunkan risiko penurunan suku bunga BI sebelum The Fed.

"Oleh sebab itu kami melihat memang ada kebutuhan Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat suku bunga, namun akan lebih berisiko apabila Bank Indonesia yang memulai terlebih dahulu," katanya.

Dia menprediksi penurunan suku bunga acuan bakal berada di kisaran 25 basis poin hingga 50 basis poin. Asumsinya, The Fed melalukan hal yang sama.

Pasalnya, masih ada ketidakpastian dari perang dagang China-AS yang akan menjadi sentimen negatif terhadap defisit transaksi berjalan.

"Kami merekomendasikan wait and see hari ini. Apabila ternyata Bank Indoensia dipangkas, seharusnya pasar obligasi mengalami penguatan kembali."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper