Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa berakhir di posisi lebih rendah pada perdagangan Senin (8/7/2019) terbebani turunnya saham Deutsche Bank.
Berdasarkan data Reuters, indeks Stoxx 600 Eropa berakhir di zona merah seiring dengan pelemahan seluruh indeks saham utamanya. Meski demikian, indeks FTSE 100 London mampu menggungguli akibat didorong saham perusahaan tambang dan minyak.
Kendati Stoxx melemah, lonjakan dalam saham sumber daya dasar dapat membantu membatasi penurunan indeks saham acuan kawasan Eropa ini setelah bijih besi Dalian menutup sebagian penurunannya dari akhir pekan lalu, didukung oleh ekspektasi permintaan yang kuat.
Tetap saja volume pada indeks Stoxx 600 jauh di bawah rata-rata harian jangka panjang.
Saham Deutsche Bank, yang telah melonjak hampir 4 persen pada awal perdagangan setelah bank asal Jerman ini mengumumkan salah satu langkah perombakan bank investasi terbesar sejak krisis keuangan, berbalik arah dan ditutup 5 persen lebih rendah karena investor mempertanyakan target restrukturisasi bank.
Deutsche Bank merumahkan staf-stafnya mulai dari Sydney hingga London pada Senin (8/7) seiring dengan upayanya memulai 18.000 PHK dalam suatu langkah yang disebut 'penciptaan kembali' bernilai 7,4 miliar euro (US$8,3 miliar).
Baca Juga
“Ketika bank-bank mengeluarkan angka biaya, seringkali ada pengurangan setiap triwulan pada angka itu melalui fase eksekusi. Oleh karena itu risikonya adalah target yang selip, bukan menghemat biaya bersih,” ujar Russell Quelch, analis keuangan Redburn.
"Sudah ada keraguan di sekitar titik awal untuk pendapatan mengingat pelemahan dalam dua kuartal pertama 2019,” lanjutnya, seperti dikutip dari Reuters.
Sektor perbankan yang turun 1 persen, lebih lanjut terbebani oleh saham pemberi pinjaman asal Swiss Julius Baer setelah perusahaan ini menunjuk Philipp Rickenbacher, sebagai CEO baru.
Pada saat yang sama, memudarnya harapan penurunan suku bunga yang tajam oleh bank sentral Federal Reserve AS membebani pasar saham global.
Sebagian besar reli saham global sejak Juni telah didorong oleh ekspektasi kebijakan moneter yang akomodatif oleh bank-bank sentral utama untuk mengatasi perlambatan pertumbuhan akibat dampak perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Namun, data pekerjaan AS yang menunjukkan hasil kuat pada Jumat (5/7/2019) telah menurunkan harapan penurunan suku bunga yang tajam oleh Federal Reserve AS meskipun spekulasi mengenai pemangkasan suku bunga masih ada.