Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tertekan Prospek Suku Bunga AS, IHSG Berakhir Melemah

Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut ke level penutupan terendah dalam lebih dari sepekan pada perdagangan hari ini, Senin (8/7/2019), di tengah pelemahan bursa Asia.
Siluet karyawan melintas di dekat logo IDX Indonesia Stock Exchange, di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Rabu (13/9)./JIBI-Dwi Prasetya
Siluet karyawan melintas di dekat logo IDX Indonesia Stock Exchange, di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Rabu (13/9)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut ke level penutupan terendah dalam lebih dari sepekan pada perdagangan hari ini, Senin (8/7/2019), di tengah pelemahan bursa Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,34 persen atau 21,65 poin di level 6.351,83 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Jumat (5/7), indeks berakhir turun tipis 0,04 persen atau 5,92 poin di posisi 6.358,63.

Pelemahan IHSG mulai berlanjut dengan dibuka turun 0,21 persen atau 13,26 poin di posisi 6.360,21 pagi tadi. Level yang disentuh indeks pada akhir perdagangan hari ini adalah yang terendah sejak 26 Juni.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.324,72 – 6.367,36.

Rata-rata indeks saham utama di Asia pun berakhir di zona merah, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang masing-masing melemah 0,89 persen dan 0,98 persen, dan indeks Kospi Korea Selatan yang anjlok 2,20 persen.

Di China, dua indeks saham utamanya, Shanghai Composite dan CSI 300 juga anjlok lebih 2 persen, yakni 2,58 persen dan 2,32 persen masing-masing. Adapun indeks Hang Seng Kong ditutup melorot 1,54 persen.

Indeks MSCI Asia Pacific melorot lebih dari 1 persen ke level terendahnya dalam lebih dari sepekan, dengan bursa saham Shanghai dan Seoul menanggung beban penurunan terbesar. Kendati demikian, bursa Eropa mampu bergerak positif.

Saham teknologi di Asia berkinerja buruk akibat terdampak kontrol ekspor yang lebih ketat oleh pemerintah Jepang terhadap bahan semikonduktor tertentu ke Korea Selatan, sementara kekhawatiran bahwa gelombang IPO baru akan membanjiri pasar membebani bursa China.

Investor selanjutnya menantikan penyampaikan testimoni oleh Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell pada 10 Juli-11 Juli, mengenai kebijakan moneter dan kondisi ekonomi AS secara keseluruhan.

Terlepas dari perang dagang dan pertumbuhan global yang rapuh, laporan ketenagakerjaan terbaru di AS menyampaikan tanda-tanda bahwa ekonomi tetap berada di jalurnya.

Sentimen pasar juga diredam keputusan Morgan Stanley untuk mengurangi eksposurnya atas pasar modal global karena kekhawatiran tentang kemampuan pelonggaran kebijakan untuk mengimbangi data ekonomi yang lebih lemah.

Sejak awal tahun ini, pasar modal global umumnya telah didukung ekspektasi bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada atau mendekati rekor terendahnya demi mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun harapan itu kemudian tergerus oleh rilis laporan tenaga kerja AS pada Jumat (5/7/2019) yang menunjukkan lonjakan nonfarm payrolls sebenyak 224.000 pada Juni, lebih tinggi dari estimasi peningkatan sebesar 160.000.

Bursa saham AS mencapai rekornya pekan lalu di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan Juli, meskipun fed funds futures menunjukkan berkurangnya spekulasi pelonggaran kebijakan pascarilis laporan pekerjaan pada Jumat.

Mengingat solidnya data itu, investor kini memperkirakan Gubernur The Fed Jerome Powell akan mengambil sikap perlahan untuk penurunan suku bunga tahun ini.

"Penyesuaian kembali dalam ekspektasi memang mendorong dolar lebih tinggi dan memiliki efek negatif pada Asia,” terang Andrew Milligan, kepala strategi global di Aberdeen Standard Investments.

“Namun [bursa] Eropa telah didukung oleh investor yang mengatakan 'apapun yang dilakukan The Fed, ECB [Bank Sentral Eropa] masih akan melakukan pemangkasan [suku bunga],” lanjut Milligan, seperti dikutip dari Reuters.

Tujuh dari sembilan sektor IHSG berakhir di wilayah negatif, dipimpin tambang (-1,08 persen) dan barang konsumsi (-0,9 persen). Adapun sektor aneka industri dan pertanian masing-masing mampu naik 1,8 persen dan 0,55 persen.

Dari 641 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 167 saham menguat, 262 saham melemah, dan 212 saham stagnan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing turun 1,51 persen dan 2,75 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.

Nilai tukar rupiah pun berakhir melemah 25 poin atau 0,18 persen di level Rp14.108 per dolar AS. Sementara itu, indeks Bisnis-27 ditutup melemah 0,69 persen atau 3,91 poin di level 560,97.

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

BBCA

-1,51

HMSP

-2,75

BBNI

-2,45

UNTR

-2,59

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

ASII

+2,10

MEGA

+15,09

MAYA

+5,68

BMRI

+0,64

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper