Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ingin Sehatkan Kinerja, Ini Strategi Krakatau Steel (KRAS)

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. tengah menjalankan sejumlah langkah sebagai bagian dari program restrukturisasi untuk menyehatkan kembali kinerja perseroan.
Pekerja mengawasi proses produksi lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman
Pekerja mengawasi proses produksi lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA — PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. tengah menjalankan sejumlah langkah sebagai bagian dari program restrukturisasi untuk menyehatkan kembali kinerja perseroan.

Dalam siaran pers, Selasa (2/7/2019), Manajemen emiten berkode saham KRAS itu menyebut telah menyiapkan sejumlah strategi. Langkah yang ditempuh yakni penjualan aset non-core, perampingan organisasi, mencari mitra bisnis strategis, spin-off, serta pelepasan unit kerja yang semula bersifat cost center yang hanya melayani induk menjadi bagian dari pengembangan bisnis anak usaha.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menjelaskan bahwa perampingan organisasi melibatkan anak-anak usaha. Menurutnya, program itu akan membuat unit-unit kerja di internal akan lebih optimal sehingga mampu menjalankan bisnis secara efisien dan lebih produktif.

Sementara itu, lanjut dia, anak usaha yang mendapat tambahan karyawan dari KRAS akan dapat mengembangkan bisnisnya untuk mendapatkan pasar dan pendapatan baru dari luar Krakatau Steel Group. 

"Saya mengajak seluruh anak usaha KRAS untuk bersama-sama menyelamatkan bisnis baja perseroan karena untuk menyelesaikan permasalahan tersebut perlu mengedepankan semangat gotong-royong dan kebersamaan semua pihak," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (2/7/2019).

Silmy mengatakan program restrukturisasi dan transformasi tidak akan dapat menyenangkan semua pihak. Akan tetapi, manajemen mengklaim program itu sesuai dengan aturan perundangan. “Jadi tidak benar ada pemutusan hubungan kerja [PHK] massal kepada karyawan Krakatau Steel. Restrukturisasi organisasi tidak selalu identik dengan PHK, ada banyak cara dalam perampingan struktur organisasi,” jelasnya.

Seperti diketahui, KRAS tercatat membukukan kerugian pada 2016—2018. Namun, nilainya terus mengalami penurunan selama rentang periode tersebut.

Adapun, kerugian yang dibukukan KRAS dalam tiga tahun terakhir yakni US$171,69 juta pada 2016, US$81,74 juta pada 2017, dan US$74,82 juta pada 2018. KRAS menargetkan laba bersih sekitar US$6,37 juta pada 2019. Realisasi itu berbalik dari rugi US$74,82 juta pada 2018.

Tahun ini, perseroan menargetkan peningkatan aset pada 2019 sebesar 15,21% dari capaian 2018 sebesar US$4,30 miliar menjadi US$4,95 miliar pada 2019.

Sebagai gambaran, KRAS menjadi produsen baja terbesar dengan kapasitas produksi 3,15 juta ton per tahun. Produk utama perseroan yakni HRC, CRC, dan wire rod.

Di samping memproduksi baja, KRAS juga menjalankan beberapa lini bisnis pendukung yakni industrial estate dan perhotelan, rakayasa dan konstruksi, jasa pengelolaan pelabuhan, serta jasa lainnya seperti penyedia kelistrikan, air industri, teknologi informasi, serta layanan medis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper