Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil ditutup menguat pada perdagangan Kamis (20/6/2019) dipicu oleh melemahnya dolar AS akibat sinyal pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (20/6/2019) rupiah berhasil ditutup menguat 0,613% atau 87 poin menjadi Rp14.183 per dolar AS, melanjutkan penguatannya selama 3 hari berturut-turut.
Adapun, pada perdagangan kali ini penguatan terjadi terhadap semua mata uang di kelompok Asia. Kinerja penguatan dipimpin oleh won Korea Selatan yang menguat 1,207%.
Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa penguatan rupiah didukung oleh pernyataan dovish The Fed yang meski mempertahankan suku bunga acuannya untuk tahun ini, tetapi Bank Sentral AS tersebut mengindikasikan akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
"Hal tersebut mendorong melemahnya dolar AS sehingga rupiah berhasil terapresiasi," ujar Faisyal kepada Bisnis.com, Kamis (20/6/2019).
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor lainnya bergerak melemah 0,46% menjadi 96,671. Selain itu, penguatan rupiah juga didukung oleh pasar yang merespon positif langkah Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga sebesar 6%.
Baca Juga
Dengan demikian, suku bunga deposit facility turun menjadi 5,25 persen dan suku bunga lending facility menjadi 6,75 persen.
"Langkah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan dianggap cukup berani oleh pasar di tengah ekspetasi adanya perlambatan ekonomi global sebagai dampak dari ketegangan perdagangan AS dan China," papar dia.
Walaupun demikian, penguatan rupiah kali ini dinilai masih cenderung terbatas mengingat gejolak geopolitik di timur tengah yang memanaskan harga minyak. Hal tersebut membuat investor tidak berani untuk mengambil posisi beli lebih jauh untuk rupiah sehingga akan menekan pergerakan mata uang Garuda.
Faisyal memproyeksi rupiah akan bergerak cenderung menguat pada kisaran Rp14.115 per dolar AS hingga Rp14.270 per dolar AS pada perdagangan Jumat (21/6/2019), melanjutkan efek dari pelemahan dolar AS.
Kemudian, pasar juga menantikan data neraca perdagangan Indonesia yang akan dirilis pekan depan. Jika defisit berkurang dan impor Indonesia berhasil dirilis lebih rendah dibandingkan dengan estimasi pasar, maka hal tersebut akan menjadi katalis positif bagi penguatan rupiah pada awal pekan depan.