Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selera Investasi Aset Berisiko Turun, Rupiah Ikut Melemah

Rupiah ditutup terdepresiasi pada perdagangan Kamis (13/6/2019) seiring dengan berkurangnya selera investasi aset berisiko akibat kekhawatiran pasar terkait dengan perlambatan ekonomi global.
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah ditutup terdepresiasi pada perdagangan Kamis (13/6/2019) seiring dengan berkurangnya selera investasi aset berisiko akibat kekhawatiran pasar terkait dengan perlambatan ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (13/6/2019), rupiah ditutup pada level Rp14.280 per dolar AS, melemah 0,27 persen atau 39 poin melawan dolar AS. Pelemahan rupiah kali ini membawa mata uang garuda menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di antara kelompok mata uang Asia.

Currency Strategist Scotiabank Singapura Gao Qi mengatakan bahwa lesunya selera investasi aset berisiko saat ini tengah membebani pasar yang juga berdampak pada mata uang emerging market di Asia.

"Mata uang emerging market di Asia melemah karena Trump telah menaikkan prospek sanksi untuk memblokir pipa gas alam di Eropa yang semakin membebani pertumbuhan ekonomi dunia," ujar Gao Qi seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (13/6/2019).

Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya tengah mempertimbangkan sanksi atas proyek pipa gas alam Nord Stream 2 Rusia dan memperingatkan Jerman agar tidak bergantung pada Rusia untuk sektor energinya.

Di sisi lain, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah juga disebabkan adanya konfirmasi perlambatan ekonomi dunia.

Pertama, rilis awal indeks optimisme ekonomi dari IBD/ITP berada di angka 53,2 untuk periode Juni, turun cukup tajam dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang menyentuh 58,6.

Kedua, inflasi tingkat produsen AS pada Mei tercatat hanya tumbuh 0,1 persen secara month on month, lebih lambat daripada pencapaian periode Arpil sebesar 0,2 persen.

Ketiga, pembukaan lowongan kerja baru di Negara Adidaya AS menunjukkan angka 7,4 juta, turun dibandingkan dengan posisi Maret sebesar 7,5 juta.

"Oleh karena itu, jangan heran kalau  The Federal Reserves/The Fed akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (13/6/2019).

Berdasarkan konsesus pasar, probabilitas penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25% dalam rapat The Fed bulan depan mencapai 64,2 persen.

Ibrahim memprediksi rupiah akan dibuka melemah pada perdagangan Jumat (14/6/2019) di sekitar level Rp14.245 per dolar AS hingga Rp14.285 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper