Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa turun lebih dari 1 persen pada akhir perdagangan Kamis (23/5/2019), seiring dengan menyurutnya daya tarik aset berisiko akibat konfrontasi dagang Amerika Serikat-China dan gejolak Brexit.
Berdasarkan data Reuters, indeks Stoxx 600 ditutup melorot 1,4 persen. Indeks DAX Jerman, yang sensitif terhadap isu-isu perdagangan merosot 1,8 persen dan indeks saham Italia anjlok lebih dari 2 persen.
Di tengah kekhawatiran investor bahwa konflik perdagangan AS-China akan dengan cepat berubah menjadi perang dingin yang berfokus pada teknologi, bukti terbaru tentang dampaknya terhadap pertumbuhan datang dari Jerman.
Sebuah survei yang dirilis pada Kamis (23/5) menunjukkan antusiasme bisnis di Jerman memburuk lebih dari yang diperkirakan pada Mei seiring dengan memburuknya kepercayaan pada sektor. Ini menunjukkan menyurutnya stamina ekonomi terbesar di Eropa tersebut.
“Kuncinya adalah bahwa mesin ekonomi zona euro, Jerman, mungkin masih bergulat,” ujar Marc C. Chandler, chief market strategist di Bannockburn Global Forex, dalam risetnya.
Data lain menunjukkan pertumbuhan bisnis zona euro juga lebih lemah dari yang diharapkan pada Mei.
Indeks sektor otomotif Eropa, di antara yang paling rentan terhadap ketegangan perdagangan, turun hampir 3 persen ke level terendah lebih dari tiga bulan, sementara saham energi memimpin pelemahan dengan turun 3,3 persen mengikuti harga minyak yang lebih rendah.
Di Italia, indeks bank telah meluncur 20 persen dari puncaknya pada pertengahan April. Ini mengkonfirmasikan bahwa sektor yang terpukul sedang dalam kondisi bearish, di tengah kekhawatiran baru tentang perselisihan antara Roma dan Brussel seputar anggaran ekonomi.
Di London, indeks saham blue-chip FTSE 100 merosot 1,4 persen dan komponen eksportir beratnya mengesampingkan manfaat dari pelemahan nilai tukar pound sterling ke posisi terendah dalam empat bulan akibat gejolak Brexit.
Perdana Menteri Inggris Theresa May masih bertahan pada kekuasaannya setelah kompromi Brexit-nya yang terakhir menjadi bumerang, sehingga membayangi pemilu Eropa yang telah menunjukkan tekad Inggris untuk tetap keluar dari UE.
“Dengan ketidakpastian Brexit dan ketegangan perdagangan AS-China yang mengancam akan menimbulkan lebih banyak kerugian pada ekonomi UE, kelegaan pasca pemilu kemungkinan akan terbukti berumur pendek,” ujar Jameel Ahmad, kepala strategi mata uang global dan riset pasar di platform perdagangan online FXTM.