Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah investor aset digital di Indonesia hingga tahun ini diperkirakan mencapai 2 juta orang. Namun angka ini disebut tidak menjamin pengetahuan pengguna terkait aset digital seperti cryptocurrancy.
Founder dan CEO Bitocto Indonesia Milken Jonathan mengatakan selama ini masyarakat Indonesia hanya mengatahui mata uang crypto sebagai sarana berinvestasi. Padahal sistem blockchain juga dapat didalami termasuk dari sisi teknologi yang ditawarkan.
"Perkiraan saya baru 5% dari seluruh pengguna paham terhadap blockchain. Selebihnya pengguna banyak menggunakan cripto untuk bahan investasi saja," katanya kepada Bisnis, Jumat (17/5/2018).
Sedikitnya 2 juta orang Indonesia terlibat dalam investasi mata uang cryptocurrancy. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan investor di pasar saham yang hanya 1,5 juta orang. Namun masyarakat semestinya mendapat pengetahuan lebih terkait sistem blockchain ini.
Uniknya para pengguna tidak berada di kota-kota besar. Mereka tersebar di sejumlah kota-kota kecil. Beberapa diantaranya dengan jumlah pengguna terbesar tersebar di Bali, Batam hingga Cirebon. "Masyarakat harus tahu dis sistem blockchain sangat aman dan cukup transparan."
Target Pengguna
Di sisi lain, marketplace fasilitator kegiatan jual beli aset digital Bitocto Indonesia menargetkan tambahan pelanggan di platform mereka. Dari jumlah pelanggan saat ini sebanyak 18.000 penggua, perusahaan tersebut mengharapkan peningkatan mencapai 25.000 orang di akhir tahun.
Dia mengatakan sejumlah strategi telah disiapkan untuk mendulang pelanggan baru. Salah satunya melalui digital marketing. Bitocto menggelontorkan dana sedikitnya Rp500 juta untuk memuluskan rencana tersebut pada pertengahan semester kedua.
"Kami hanya bermain di digital marketing seperti memaksimalkan SEO dan lainnya untuk menarik minat orang berinvestasi. Apalagi saat ini nilai mata uang crypto sedang stabil," katanya.