Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti Hasil Perundingan Perang Dagang, Rupiah Melemah Tipis

Rupiah bergerak melemah terbatas pada perdagangan Jumat (10/5/2019) seiring dengan rilis defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal I/2019 yang meningkat 3,6% dibandingkan dengan kuartal IV/2018.
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah bergerak melemah terbatas pada perdagangan Jumat (10/5/2019) seiring dengan rilis defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal I/2019 yang meningkat 3,6% dibandingkan dengan kuartal IV/2018.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (10/5/2019) pukul 11.02 WIB, rupiah bergerak melemah tipis 0,014% atau terdepresiasi 2 poin menjadi Rp14.362 per dolar AS.

Padahal, pada pembukaan perdagangan, rupiah berhasil dibuka menguat 0,17% pada level Rp14.335 per dolar AS. Bank Indonesia melaporkan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal I/2019 berhasil meningkat 2,6% dari PDB atau sebesar US$7 miliar. 

Adapun, Bank Indonesia memproyeksi defisit transaksi berjalan sepanjang 2019 menjadi 2,5% dari PDB dibandingkan dengan capaian defisit transaksi berjalan 2018 sebesar 2,98% dari PDB. Selain itu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2019 berhasil surplus sebesar US$2,4 miliar.

Di sisi lain, mengutip riset harian Asia Trade Point Futures, dukungan lainnya yang menahan laju dolar AS dan menjadi katalis positif rupiah disebabkan oleh melambatnya laju inflasi PPI AS periode April.

"Tercatat PPI AS periode April hanya tumbuh 0,2% atau lebih rendah dari periode sebelumnya dan Core CPI AS periode April juga hanya tumbuh 0,1% atau lebih rendah dari ekspektasi pasar," tulia Asia Trade Point Futures seperti dikutip dalam risetnya, Jumat (10/5/2019).

Selanjutnya, fokus pasar akan tertuju pada negosiasi perdagangan antara AS dan China. Adapun, AS telah resmi memberlakukan kenaikan tarif impor sebesar 25% dari 10% terhadap barang-barang asal China senilai US$200 miliar.

Tarif baru itu dikenakan pada lebih dari 5.700 kategori produk yang berbeda asal China, mulai dari sayur-sayuran olahan hingga lampu Natal dan kursi tinggi untuk bayi.

Meski demikian, menurut pejabat AS, seperti diberitakan Bloomberg, tarif itu tidak akan berlaku untuk barang-barang yang sudah berada di kapal menuju pantai Amerika.

Sementara itu, analis PT Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi memprediksi rupiah akan diperdagangkan di level Rp14.340 per dolar AS hingga Rp14.400 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper