Bisnis.comJAKARTA— PT United Tractors Tbk. tengah melakukan studi untuk masuk ke bisnis pembangkit listrik tenaga atau hydro power plant sebagai bagian pengembangan lini usaha perseroan ke depan.
Direktur Utama United Tractors Frans Kesuma mengatakan proses pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 4 sudah mencapai 60%. Fasilitas berkapasitas 2x1.000 megawatts (MW) itu ditargetkan mulai mengalirkan listrik pada pertengahan 2021.
Sebagai catatan, PLTU Jawa 4 diperkirakan menelan total investasi US$4,2 miliar. Pembangunan proyek itu dikelola oleh konsorsium PT Bhumi Jati Power (BJP) dengan komposisi kepemilikan saham Sumitomo Corporation 50%, United Tractors 25%, dan The Kansai Electric Power Co., Inc. 25%.
Selain PLTU, Frans menyebut entitas anak PT Astra International Tbk. itu juga memiliki keinginan masuk ke pembangkit energi baru terbarukan. Saat ini, rencana itu tengah dikaji oleh perseroan.
“Kami ada keinginan masuk hydro power [plant] atau renewable energy," ujarnya, Selasa (16/4/2019).
Saat ini ini, dia belum membeberkan secara detail lokasi proyek yang dibidik dan nilai yang bakal digelontorkan. Akan tetapi, pihakny menegaskan studi mengenai proyek pembangkit listrik tenaga air tengah dilakukan.
“Kalau mini hydro bisa di mana saja, kalau hydro power yang cukup signifikan cuma ada di di Sumatra dan Sulawesi,” imbuhnya.
Seperti diketahui, rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) kinerja 2018, Selasa (16/4), memutuskan untuk mengganti Gidion Hasan dari posisi Direktur Utama. Meski tidak lagi menjadi Direktur Utama, UNTR mengangkat Gidion sebagai Wakil Presiden Komisaris.
Posisi Gidion sebagai Direktur Utama digantikan oleh Frans Kesuma. Sebelumnya, Frans menjabat sebagai direksi perseroan terhitung sejak April 2016. Saat ini, dia juga menjabat Presiden Direktur dan Direktur Engineering di entitas anak usaha yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan, PT Pamapersada Nusantara (PAMA).
Sementara itu, Direktur United Tractors Iwan Hadiantoro menjelaskan bahwa saat ini perseroan fokus mempertahankan pangsa pasar. Selain itu, UNTR juga melakukan diversifikasi untuk menyeimbangkan portofolio.
“Ke depan akan masuk ke mineral lain yang tidak berkait dengan batu bara thermal seperti emas, coking coal, pembangkit listrik, dan konstruksi melalui [entitas anak] PT Acset Indonusa Tbk.,” jelasnya.
Iwan mengungkapkan perseroan menganggarkan belanja modal US$700 hingga US$800 juta pada 2019. Kucuran dana terbesar akan dialirkan ke PAMA untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti pemeliharaan alat.
Terkait dengan rencana akuisisi tambang lainnya, pihaknya tidak menutup kemungkinan rencana itu bakal dilakukan lagi oleh perseroan tahun ini. Sektor tambang yang menurutnya potensial yakni coking coal, emas, atau batu bara thermal berkalori tinggi.
Seperti diketahui, UNTR saat ini menjalankan empat lini bisnis yakni mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan, dan industri konstruksi.