Bisnis.com, JAKARTA – Harga karet di bursa Tokyo mampu melanjutkan penguatannya ke zona hijau pada perdagangan hari, Senin (1/4/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga karet untuk kontrak teraktif September 2019 di Tokyo Commodity Exchange (Tocom) ditutup menguat 1,26% atau 2,30 poin di level 184,50 yen per kg dari level penutupan sebelumnya.
Harga karet melanjutkan penguatannya setelah pada akhir perdagangan Jumat (29/3/2019) harga karet kontrak September ditutup rebound dengan penguatan 0,5% atau 0,9 poin ke level 182,20 yen per kg.
Harga karet melanjutkan pelemahannya saaty dibuka menguat 0,38% atau 0,70 poin di posisi 182,90 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, harga karet kontrak September bergerak di level 181,30 – 184,70.
Sejalan dengan karet Tokyo, harga karet untuk kontrak teraktif Mei 2019 di Shanghai Futures Exchange ditutup menguat 0,71% atau 80 poin di level 11.300 yuan per ton pada perdagangan hari ini.
Dilansir Bloomberg, harga karet di Jepang dan China menguat menyusul data manufaktur China yang positif, sehingga meningkatkan optimisme atas permintaan negara di konsumen terbesar karet di dunia tersebut.
Hideshi Matsunaga, analis di Sunward Trading mengatakan harga karet menguat karena bursa berjangka terlihat mengalami jenuh jual, dibandingkan dengan pasar fisik.
“Harga karet grade RSS- rubber untuk pengiriman dari Thailand turun 1,3% bulan lalu menjadi 53,5 baht per kilogram, kurang dari penurunan 10% di bursa berjangka Shanghai,” katanya, seperti dikutip Bloomberg.
Indeks manajer pembelian (PMI) China untuk sektor manufaktur dari Caixin naik menjadi 50,8 pada bulan Maret dari 49,9 di Februari. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Juli 2018.
Sementara itu, cadangan karet yang dipantau oleh bursa Shanghai turun 1,5% menjadi 437.300 ton pekan lalu, penurunan pertama sejak 14 Februari
Pergerakan Harga Karet Kontrak Sepetmber 2019 di Tocom
Tanggal | Harga (Yen/Kg) | Perubahan |
1/4/2019 | 184,50 | +1,26% |
29/3/2019 | 182,20 | +0,50% |
28/3/2019 | 181,30 | -2,42% |
27/3/2019 | 185,80 | +1,14% |
Sumber: Bloomberg