Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Berkilau di Tengah Kekhawatiran Resesi AS

Emas semakin bersinar seiring dengan kekhawatiran pasar terkait dengan potensi terjadinya resesi di Amerika Serikat dan perlambatan pertumbuhan global yang membebani pasar saham sehingga meningkatkan selera untuk aset investasi yang lebih aman.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Emas semakin bersinar seiring dengan kekhawatiran pasar terkait dengan potensi terjadinya resesi di Amerika Serikat dan perlambatan pertumbuhan global yang membebani pasar saham sehingga meningkatkan selera untuk aset investasi yang lebih aman.

Mengutip riset harian Asia Tradepoint Futures, pada pekan lalu jarak antara imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor 3 bulan dan imbal hasil obligasi untuk tenor selama 10 tahun terjadi inversi untuk pertama kalinya sejak 2007 akibat terkontraksinya data ekonomi AS.

Adapun pembalikan atau inversi kurva hasil tersebut secara luas dilihat sebagai indikator utama resesi.

"Pelaku pasar emas pada minggu ini akan fokus pada arus masuk safe haven khususnya emas ditengah kekhawatiran baru terhadap pertumbuhan ekonomi global setelah pasar obligasi memberikan sinyal adanya potensi resesi," tulis Asia Trade Point Futures seperti dikutip dari risetnya melalui laman resminya, Senin (25/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (25/3/2019) pukul 11.19 WIB, harga emas di bursa Comex bergerak naik 0,20% menjadi US$1.321,40 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di pasar spot juga bergerak naik 0,18% menjadi US$1.316,03 per troy ounce.

Adapun, harga emas terus bergerak naik sepanjang pekan lalu dengan ditutup pada US%1.312,99 per troy ounce dipacu oleh melambatnya data-data ekonomi dari kawasan Eropa dan China. 

Bisnis di seluruh zona Eropa berkinerja jauh lebih buruk dari yang diperkirakan pada bulan ini karena aktivitas pabrik berkontraksi dengan cepat dalam hampir 6 tahun, terluka oleh permintaan yang menurun tajam.

Ketidakpastian geopolitik, seperti perdagangan AS dan China serta Brexit yang semakin mendekati tenggat waktunya juga menjadi sentimen penggerak emas yang kemungkinan besar juga akan membantu logam mulia ini untuk kembali naik pada pekan ini.

Sikap dovish dari The Fed pun masih membayangi dolar AS sehingga membuat emas semakin menarik bagi investor untuk melakukan aksi lindung nilai.

Seperti yang diketahui, pada hasil pertemuan FOMC pekan lalu, The Fed menahan kenaikan FFR dan tetap memilih untuk bersabar. Selain itu, The Fed mengindikasikan bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga sepanjang tahun ini.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper