Bisnis.com, JAKARTA — Kendati investor asing cukup gencar menyerbu instrumen Surat Utang Negara (SUN) Pemerintah Indonesia pada awal tahun ini, penguatan pasar obligasi Indonesia bukanlah yang tertinggi di Asia Pasifik sepanjang awal 2019.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), hingga Rabu (20/3/2019), kepemilikan investor asing pada SUN mencapai Rp937,59 triliun, setara 45,17% dari total outstanding SUN yang kini mencapai Rp2.075,77 triliun.
Kepemilikan asing pada SUN kembali berhasil menembus level 45% terhadap outstanding, setelah sejak April 2018 persentasenya turun dari level tersebut.
Investor asing memang cukup agresif menambah kepemilikannya pada SUN sepanjang tahun ini. Pada Maret 2019 saja, penambahan kepemilikan asing mencapai Rp13,55 triliun. Secara lebih terperinci, pada 18-20 Maret 2019, asing menambah kepemilikan hingga Rp10,95 triliun.
Adapun sepanjang tahun ini, penambahan kepemilikan asing pada SUN sudah mencapai Rp63,38 triliun.
Namun, penguatan yang terjadi di pasar SUN sepanjang tahun ini bukanlah yang tertinggi. Berdasarkan data Asian Bonds Online, yield SUN 10 tahun Indonesia hingga penutupan perdagangan Kamis (21/3), berada di level 7,59%. Yield SUN ini sudah turun 43,8 bps sejak awal 2019.
Penguatan yang terjadi di pasar SUN Indonesia masih kalah dibandingkan penguatan yang terjadi pada surat utang pemerintah Filipina. Imbal hasil surat utang pemerintah Filipina tenor 10 tahun ditutup di level 5,95%, atau turun 111,7 bps sepanjang tahun ini.
Kendati kalah dari Filipina, tetapi penguatan yield SUN Indonesia lebih unggul dibandingkan negara-negara lainnya di Asia Pasifik yang diperbandingkan oleh Asian Bonds Online. Selain itu, meskipun turun cukup dalam, tapi imbal hasil SUN 10 tahun Indonesia masih menjadi yang tertinggi di kawasan ini.