Bisnis.com, JAKARTA — PT Total Bangun Persada Tbk. telah mengantongi pipeline kontrak baru sebanyak 13 proyek sepanjang 2019.
Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada Mahmilan Sugiyo Warsana mengatakan saat ini terdapat pipeline kontrak baru dari 13 proyek yang dimiliki perseroan. Total nilai dari pekerjaan-pekerjaan tersebut sekitar Rp6,8 triliun. “[Rp6,8 triliun pipeline] full year, dinamis setiap saat bisa berubah,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (12/3/2019).
Mahmilan mengatakan proyek dalam pipeline itu berasal dari pekerjaan gedung tingkat tinggi. Proyek bangunan apartemen dan perkantoran masih mendominasi.
Dengan pipeline tersebut, dia menyebut emiten berkode saham TOTL itu optimistis mencapai target kontrak baru 2019. “Masih optimistis mencapai target, selama kondisi eksternal aman,” jelasnya.
Seperti diketahui, TOTL membidik kontrak baru Rp4 triliun pada 2019. Artinya, apabila seluruh pipeline terealisasi maka perseroan mencapai sekitar 170% target tahun ini. Pada Januari 2019, TOTL mendapatkan dua pekerjaan baru pada Januari 2019. Proyek tersebut yakni 1 hotel di Bengkulu dan 1 Apartemen di Jakarta Timur.
Dengan demikian, kontraktor swasta itu mendapatkan kontrak baru Rp700 miliar per Januari 2019. Nilai itu setara dengan 17,5% dari target kontrak baru tahun ini.
Perseroan mengincar pendapatan Rp3,1 triliun pada 2019. Dari situ, TOTL memproyeksikan dapat mengamankan laba bersih Rp245 miliar. Sebagai catatan, TOTL merealisasikan 79,5% target kontrak baru Rp4 triliun pada 2018. Perseroan mendapatkan kontrak baru Rp3,18 triliun tahun lalu.
Sebelumnya, Dalam riset Equity Market Outlook 2019, Tim Analis Sinarmas Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan kontrak baru TOTL akan melunak dalam beberapa tahun ke depan. Kontraktor swasta itu diproyeksikan mengantongi kontrak baru Rp3,7 triliun pada 2018 dan Rp4 triliun pada 2019.
Analis Sinarmas Sekuritas menuliskan bahwa kontrak baru yang dikantongi TOTL senilai Rp4,4 triliun pada 2017 merupakan basis yang terbilang tinggi. Pasalnya, rerata kontrak baru yang diperoleh dalam lima tahun sebelumnya senilai Rp2,8 triliun.
Pandangan yang diberikan terkait dengan kondisi kelebihan pasokan di sektor gedung perkantoran. Padahal, pekerjaan di sektor itu berkontribusi 37% untuk proyek TOTL pada 2017.
Kendati demikian, TOTL dinilai sebagai kontraktor yang bebas utang dan mampu menghasilkan return premium. Pada akhir 2018, perseroan tidak akan memiliki utang dan tidak perlu mengumpulkan pinjaman untuk membiayai proyek dan modal kerja mereka. “Hal ini tercermin dari rerata return on equity (ROE) sebesar 23,7% dalam lima tahun,” tulis tim analis dalam riset.