Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis menilai bahwa Maret merupakan waktu yang tepat bagi korporasi untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan data pipeline BEI per Kamis (28/2/2019), terdapat 13 perusahaan yang siap mencatatkan sahamnya di bursa pada 2019. Sebanyak 5 perusahaan menargetkan listing pada Maret, 2 perusahaan menargetkan listing pada April, dan sisanya sebanyak 6 perusahaan menargetkan listing pada 2019.
Kelima calon emiten yang akan listing pada Maret a.l. PT Capri Nusa Satu Properti Tbk., PT Menteng Heritage Realty Tbk., PT Arkha Jayanti Persada Tbk., PT Wahana Interfood Nusantara Tbk., dan PT Jasnita Telekomindo Tbk.
Aditya Perdana Putra, analis Semesta Indovest menilai, keputusan 5 calon emiten tadi untuk melantai di bursa pada Maret sudah tepat.
Pasalnya secara historis, pergerakan IHSG sepanjang 10 tahun terakhir selalu memiliki probabilitas kenaikan yang tinggi pada Maret, yakni sebesar 89% dibandingkan dengan Februari yang hanya pada kisaran 75%—76%.
“Kalau kita lihat dari return IHSG saat ini di 5,35%, artinya indeks sedang bullish. Timing mereka [calon emiten] masuk, market sudah profit dan harapannya harga tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (28/2/2019).
Sementara itu, dia melanjutkan, tren positif IHSG pada Maret diharapkan juga ditopang oleh stabilitas nilai tukar rupiah dan harga komoditas.
Adapun, Bank Sentral AS (Federal Reserve) telah menyampaikan untuk tidak akan terlalu agresif untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini, mengingat ancaman perlamabatan ekonomi AS dan global.
“Artinya, dalam jangka pendek 1—2 bulan ini kemungkinan suku bunga AS tidak berubah. Selanjutnya, BI pun bisa lebih aman menjaga suku bunga,” imbuhnya.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee juga setuju bahwa Maret merupakan saat yang tepat bagi calon emiten untuk masuk ke pasar. Adapun, penopangnya adalah masa rilis laporan keuangan yang diharapkan memperlihatkan laba yang lebih baik daripada yang diperkirakan.
“Sementara dari eksternal, ekonomi AS agak stuck, kemudian laba korporasinya kurang bagus. Sehingga, aliran dana mengalir ke emerging market, termasuk Indonesia,” ujarnya.
Dia pun memperkirakan pasar akan terkonsolidasi cenderung menguat pada Maret juga didorong oleh sentimen positif Pemilihan Umum (Pemilu), yang mana biasanya Pemilu memberikan sentimen positif ke pasar jika berjalan kondusif.
Baik Aditya maupun Hans sepakat bahwa faktor risiko dari ketidakpastian geopolitik masih membayangi pergerakan pasar modal, seperti perkembangan perang dagang AS—China, Brexit, dan terbaru, konflik antara India dan Pakistan yang saat ini mencuri perhatian pelaku pasar global.
“[Sentimen pasar] agak sedikit berat karena akan fluktuasi akibat faktor eksternal. Jadi, harus berhati-hati, biasanya kuartal I memang pasar lagi bagus, tapi kuartal II dan kuartal III bisa koreksi,” imbuh Hans.