Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat pada perdagangan Selasa (19/2/2019), setelah kinerja optimis dari Walmart mendorong sentimen investor di tengah berlanjutnya pembicaraan perdagangan tingkat tinggi AS - China di Washington.
Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 8,07 poin atau 0,03% ke level 25.891,32, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 menguat 4,16 poin atau 0,15% ke 2.779,76 dan Nasdaq Composite naik 14,36 poin atau 0,19% ke 7.486,77.
Dilansir Reuters, saham pulih aksi jual akhir tahun, dengan Nasdaq naik hampir 21% dari level terendah sejak 24 Desember dan S&P 500 menguat lebih dari 18%.
Penguatan indeks berkurang di akhir sesi setelah laporan Reuters mengutip Presiden The Fed Wilayah New York, John Williams, yang mengatakan prospek ekonomi berbeda akan diperlukan bagi Federal Reserve AS untuk melanjutkan kenaikan suku bunganya.
"Dia (Williams) memang mengatakan (The Fed) akan menurunkan neraca suatu saat nanti," kata Tim Ghriskey, kepala analis investasi di Inverness Counsel, seperti dikutip Reuters.
"Mungkin itu menimbulkan kekhawatiran di pasar,” lanjutnya.
Sektor konsumer, yang dipimpin oleh Amazon.com, memberikan dorongan terbesar untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq, sementara Walmart Inc memimpin kenaikan indeks Dow Jones.
Walmart melaporkan kenaikan penjualan sama selama kuartal liburan, mengirimkan saham pengecer terbesar dunia tersebut menguat 2,2%.
"Walmart adalah berita besar hari ini," kata analis pasar senior untuk Allianz Investment Management di Minneapolis.
Sementara itu, putaran baru pembicaraan perdagangan tingkat tinggi antara AS dan China dimulai di Washington, dengan wakil Kamar Dagang AS Myron Brilliant menyatakan harapan bahwa kedua pihak akan mencapai perjanjian perdagangan yang komprehensif, berani dan signifikan.
Pada hari Rabu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dijadwalkan merilis risalah pertemuan kebijakan bulan Januari. Risalah tersebut diharapkan menegaskan kembali pernyataan bank sentral bulan lalu yang bersikap “sabar" terhaap kenaikan suku bunga tahun ini.
Memang, analis memperkirakan perlambatan pertumbuhan laba perusahaan di kuartal mendatang. Meskipun laba kuartal IV tahun 2018 diperkirakan meningkat sebesar 16,3%, prospek ke depan semakin suram.
Pendapatan kuartal pertama 2019 diperkirakan turun 0,6% dibandingkan tahun sebelumnya, yang akan menandai penurunan tahunan pertama sejak resesi pendapatan yang berakhir pertengahan 2016.