Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang Emerging Market Hijau, Rupiah Ditutup Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 18 poin atau 0,13% ke level Rp14.170 per dolar AS dari level penutupan sebelumnya.
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah mampu melanjutkan penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (23/1/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 18 poin atau 0,13% ke level Rp14.170 per dolar AS dari level penutupan sebelumnya.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mulai melanjutkan penguatannya ketika dibuka terapresiasi 61 poin atau 0,43% di level Rp14.127 per dolar AS dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (23/1/2019), nilai tukar rupiah ditutup menguat 32 poin atau 0,23% di posisi Rp14.188 per dolar AS.

Sepanjang hari ini, rupiah diperdagangkan pada kisaran Rp14.127 – Rp14.174 per dolar AS.

Rupiah menguat di saat mayoritas mata uang lainnya di Asia terdepresiasi, dengan pelemahan dipimpin peso Filipina yang turun 0,28% setelah data menunjukkan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV/2018 meleset dari perkiraan ekonom.

Dikutip Bloomberg, rupiah menguat seiring dengan mata uang emerging markets lainnya setelah penguatan bursa saham regional mendorong sentimen risiko. Rupee India terpantau menguat 0,16%

Selain itu, komentar pejabat Gedung Putih mengenai penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) juga turut memberikan dorongan terhadap nilai tukar.

Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan bahwa jika government shutdown berlanjut hingga Maret, ada kemungkinan ekspansi ekonomi AS mencapai nol persen kuartal ini.

"Jeda dalam reli dolar baru-baru ini, di tengah harapan untuk beberapa perbaikan dalam friksi perdagangan AS-China menjelang pembicaraan mereka, mendukung mata uang emerging markets," kata Hironori Sannami, pedagang valas di Mizuho Bank, seperti dikutip Bloomberg.

"Tren dasar mungkin adalah dolar yang lebih lemah dalam jangka panjang menyusul jalur pengetatan Fed yang dovish dan peningkatan hubungan perdagangan AS-China tahun ini."

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan suku bunga acuan mendekati puncaknya, tetapi dia belum melihat ruang untuk melonggarkan kebijakan.

“Bank Indonesia akan terus mempertahankan kebijakan yang sehat, konsisten dan transparan dan memberikan panduan kepada para pelaku pasar keuangan seiring dengan perkembangan pasar global dan domestik,” ungkap Perry dalam wawancara dengan Bloomberg Television, Kamis (24/1).

Dia menambahkan sulit untuk mengatakan apakah ada pemotongan suku bunga pada lanjutan di tahun ini. Perry juga mengatakan rupiah saat ini masih undervalued berdasarkan penilaian nilai tukar bank sentral.

Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang terpantau menguat 0,226 poin atau 0,24% ke level 96,349 pada pukul 17.02 WIB.

Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka turun 0,054 poin atau 0,06% di level 96,069. Pada perdagangan Rabu (23/1) indeks dolar berakhir melemah 0,19% atau 0,180 poin di posisi 96,123.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper