Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bijih Besi Stagnan

Harga bijih besi diproyeksikan bertahan di kisaran harga US$70 per ton hingga US$75 per ton pada kuartal pertama seiring dengan output baja China yang masih kuat, berbanding terbalik dengan persediaan di port yang telah menipis.
Seorang pekerja sedang meratakan bijih besi di atas kereta cargo di stasiun kereta Chitradurga, di Karnataka, India (9-11-2012)-Reuters-Danish Siddiqui
Seorang pekerja sedang meratakan bijih besi di atas kereta cargo di stasiun kereta Chitradurga, di Karnataka, India (9-11-2012)-Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA — Harga bijih besi diproyeksikan bertahan di kisaran harga US$70 per ton hingga US$75 per ton pada kuartal pertama seiring dengan output baja China yang masih kuat, berbanding terbalik dengan persediaan di port yang telah menipis.

Berdasarkan laporan Bank Suisse Group AG, perkiraan harga pada kuartal pertama sebesar US$65 per ton akan terbukti terlalu rendah seiring dengan faktor pasokan dan permintaan yang mempengaruhi harga tinggi saat ini telah berangsur berubah.

“Hal tersebut terindikasi dari pembangunan kembali persediaan di pelabuhan sejak Desember 2018 yang meningkatkan impor bijih besi,” tulis Bank Suisse Group AG, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (15/1)

Faktor tersebut telah memberikan efek penawaran yang kurang agresif untuk spot kargo, meskipun trader masih menginginkan untuk menahan pasokan di pelabuhan menjelang musim semi untuk membantu mendukung harga bijih besi pada kuartal pertama.

Kejutan terbesar juga berasal dari musim dingin China yang tidak begitu kuat dan hanya terjadi dalam waktu yang singkat, menjadi sentimen baik bagi harga bijih besi.

Adapun, permintaan bijih besi tetap kuat hingga akhir 2018 dan pasokan telah relatif melemah pada paruh kedua 2018, sehingga menyebabkan penurunan persediaan pasokan di pelabuhan.

Berdasarkan data Bloomberg, harga bijih besi menguat 0,26% menjadi US$75,3 per ton pada perdagangan hari ini, Selasa (15/1).

Sebelumnya Analis Goldman Sachs Hui Shan mengatakan, harga bijih besi yang sempat reli cukup tinggi tidak akan bertahan lama dan diperkirakan akan kembali anjlok mencapai US$60 per ton pada 6 bulan ke depan.

“Penurunan tersebut diprediksi tetap terjadi walaupun, fundamental industri baja kini telah membaik, seperti jumlah stok baja yang rendah, inventaris pelabuhan untuk bijih besi yang menurun, dan permintaan restock oleh pabrik menjelang Tahun Baru China,” ujar Hui Shan.

Setelah aksi jual di November 2018 yang didorong oleh penurunan margin pabrik, bijih besi kembali bangkit dengan harga spot benchmark mampu melonjak hingga 11% pada Desember 2018, menjadi kenaikan bulanan terbesar lebih dari setahun terakhir.

Bijih besi telah mempertahankan kenaikan tersebut bahkan ketika banyaknya sinyal terkait dengan pertumbuhan ekonomi China, negara konsumen bijih besi terbesar di dunia, yang melambat. (Finna U. Ulfah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Gajah Kusumo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper