Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga mengalami kenaikan tipis setelah sempat melemah selama 3 sesi berturut-turut, dengan seluruh harga logam dasar bergerak di posisi yang ketat karena ketidakpastian arah perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Presiden AS Donald Trump mengatakan dirinya terbuka pada keputusan apapun terkait dengan hubungan dagang dengan China dalam pertemuan dengan Peresiden China Xi Jinping pada akhir pekan ini. Namun, dirinya sudah menyiapkan kenaikan tarif pada impor China jika tidak ada hasil dari pertemuan pada akhir pekan ini.
Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai juga mengatakan bahwa China turut mengharapkan adanya kesepakatan untuk meredakan tensi perang dagang dengan Amerika Serikat, dengan memberikan peringatan akan sejumlah konsekuensi yang harus dihadapi jika ada yang bersikeras ingin memperparah hubungan kedua negara perekonomian terbesar di dunia itu.
“Aksi jual yang terlihat pada Selasa [27/11] dan akhir pekan lalu kemungkinan terlalu berlebihan jika melihat bahwa masalah yang harusnya menekan harga logam itu sudah berlangsung selama beberapa bulan belakangan,” kata ahli strategi komoditas ANZ Daniel Hynes.
Hynes menambahkan bahwa ada kemungkinan pembelian oportunis ketika pasar semakin mengkhawatirkan kejelasan dan hasil pertemuan Trump dan Xi pada akhir pekan ini di Argentina.
Harga tembaga pada perdagangan Rabu (28/11) di London Metal Exchange (LME) mengalami kenaikan 33 poin atau 0,5% menjadi US$6.154,50 per ton dari penutupan perdagangan sebelumnya dan mencatatkan penurunan harga hingga lebih dari 15% sepanjang 2018.
Adapun, harga tembaga di Shanghai Futures Exchange (SHFE) mengalami penurunan 110 poin atau 0,22% menjadi 48.960 yuan per ton dan turun 11,53% secara year-to-date (ytd).
Indeks dolar AS mengalami penguatan setelah pejabat Federal Reserve AS menyatakan yakin akan menaikkan suku bunga acuannya lebih lanjut lagi karena investor lebih memilih menggunakan aset berisiko di tengan perang dagang AS dan China yang potensinya kembali memanas.