Bisnis.com, JAKARTA--Kendati membukukan kerugian dalam dua kuartal berturut-turut, saham PT XL Axiata Tbk. dinilai masih layak dikoleksi. Emiten operator yang 66% sahamnya dikuasai Malaysia tersebut dinilai konsisten dalam melakukan ekspansi.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten dengan sandi EXCL tersebut membukukan penurunan pendapatan 0,06% ke level Rp16,89 triliun pada September 2018. Di saat yang sama, laba bersih perseroan terperosok 160,5% ke level rugi Rp144 miliar.
Sepanjang tahun berjalan 2018, harga saham EXCL telah terkoreksi 26,1%. Pada penutupan perdagangan Senin (12/11), harga saham EXCL terkoreksi 3,52% atau 80 poin ke level Rp2.190.
Dari 18 analis yang dihimpun Bloomberg setelah EXCL merilis laporan kuartal III/2018, hampir seluruhnya merekomendasikan EXCL dengan buy, outperform, add, dan overweight dengan rentang target harga Rp2.500—Rp5.400. Hanya satu analis yang menyatakan netral.
Analis Indopremier Sekuritas Paula Ruth menyampaikan EXCL cukup mampu melakukan monetisasi pada jaringannya yang berada di Pulau Jawa. Namun, perusahaan cenderung lebih lambat di luar Jawa dibandingkan kompetitornya.
Indopremier mencatat EXCL masih sangat bergantung pada pasar pulau Jawa, dengan pasar luar Jawa berkontribusi hanya sekitar 15%. Di luar Jawa, EXCL masih memprioritaskan untuk melakukan penetrasi perlahan sehingga mencapai skala ekonomi yang lebih baik.
“Kami menurunkan target harga untuk EXCL sebesar 14% ke level Rp3.000 dengan tetap merekomendasikan buy. Dengan pelemahan rupiah, perseroan mungkin menekan belanja modalnya. EXCL masih memiliki utang sebesar US$300 juta,” ungkap Paula.
Di Pulau Jawa, Indopremier mencatat EXCL telah melakukan penyesuaian harga pada rentang 0%—35% sejak pertengahan Mei 2018 namun belum mencapai tingkat harga yang berlaku tahun lalu. Namun, pasar Jawa diyakini akan tetap kondusif untuk dimonetisasi.
Gani, analis Ciptadana Sekuritas Asia, menyampaikan monetisasi data akan menjadi kunci dari pendapatan EXCL. Ke depannya, manajemen EXCL berkomitmen meningkatkan tarif produk perseroan.
Pada kinerja September 2018, EXCL menyebut ada beberapa faktor yang menekan yield segmen data perseroan yaitu strategi penentuan harga yang agresif, dan volume data yang dipasarkan EXCL meningkat namun yield datanya tetap tertahan.
“Kami melihat EXCL akan berpegang pada upaya monetisasi, kami menurunkan target harga EXCL dari sebelumnya Rp3.790 menjadi Rp2.580 dengan ikut menurunkan estimasi perolehan laba bersih perseroan untuk 2019—2020 sebesar 15%—54%,” ungkap Gani.