Bisnis.com,JAKARTA— Sejumlah analis memangkas target harga untuk saham emiten Badan Usaha Milik Negara Konstruksi sejalan dengan capaian kinerja hingga kuartal III/2018.
Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading Phintraco Sekuritas Medan menjelaskan bahwa target harga saham emiten BUMN konstruksi diturunkan karena nilai tukar dolar Amerika Serikat yang menguat terhadap rupiah serta tren kenaikan suku bunga acuan. Kondisi itu menurutnya dapat meningkatkan beban bunga perseroan.
“Hal ini disebabkan karena debt to equity ratio [DER] emiten BUMN konstruksi saat ini cukup tinggi meskipun secara kinerja mayoritas peseroan masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada kuartal III/2018,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (5/11/2018).
Secara detail, pihaknya menurunkan target harga saham WSKT dari Rp2.540 menjadi Rp2.200, WIKA dari Rp2.250 menjadi Rp1.990, PTPP dari Rp2.800 menjadi Rp2.400, dan ADHI Rp2.200 menjadi Rp1.800.
Kendati demikian, Frankie masih merekomendasikan beli untuk seluruh saham emiten BUMN konstruksi. Pertimbangan tersebut sejalan dengan pergerakan harga yang telah mengalami koreksi cukup dalam.
Sementara itu, dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Giovanni Dustin, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia memangkas target harga saham seluruh emiten BUMN konstruksi. Hal tersebut mengacu kepada kondisi keuangan kuartal III/2018.
Untuk WSKT misalnya, Giovanni menyebut hasil kinerja kuartal III/2018 melewati ekspektasi. Akan tetapi, pihaknya tetap berhati-hati terhadap soroton yang tinggi terhadap proyek turn key dengan komposisi 70% dari kontrak dihadapi.
“Seandainya WSKT gagal melaksanakan capital recycling maka kami melihat kemungkinan pertumbuhan kontrak baru yang lebih lambat pada masa mendatang,” tulisnya dalam riset.
Oleh karena itu, pihaknya mempertahankan rekomendasi hold untuk saham perseroan. Namun, target harga diturunkan dari Rp1.650 menjadi Rp1.550.
Sementara itu, dia juga menilai kinerja WIKA melewati ekspektasi. Namun, beberapa risiko yang digarisbawahi yakni penawaran umum perdana saham anak usaha, penyaluran kredit kereta cepat Jakarta-Bandung, eksposur yang lebih tinggi untuk proyek turn key.
Dengan dasar sejumlah risiko tersebut, Giovanni memangkas target harga menjadi lebih rendah dari Rp1.850 menjadi Rp1.300. Rekomendasi untuk saham perseroan masih dipertahankan trading buy.
Selanjutnya, untuk saham PTPP, pihaknya masih mengharapkan perbaikan kinerja keuangan pada kuartal III/2018. Namun, perkembangan ekonomi global dan lokal masih akan membayangi fundamental perseroan.
Giovanni menyebut PTPP memiliki sorotan terhadap sektor properti yang sangat erat kaitannya dengan kondisi perkembangan makroekonomi. Perlambatan permintaan atau ekonomi di sektor tersebut akan berimbas terhadap pendapatan dan arus kas perseroan.
Pihaknya memangkas target harga dari Rp1.850 menjadi Rp1.300 sejalan dengan kondisi tersebut. Rekomendasi beli tetap dipertahankan untuk saham perseroan.
Adapun, Mirae menilai kinerja ADHI masih sesuai dengan ekspektasi. Beberapa isu yang menjadi perhatiannya yakni levarage level dan lagging payments dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk proyek light rail transit.
Giovanni memangkas target harga dari Rp1.650 menjadi Rp1.200 sejalan dengan risiko yang meningkat. Pihaknya mempertahankan rekomendasi hold untuk saham perseroan.
Secara terpisah, Analis Kresna Sekuritas Andreas Kristo Saragih mengungkapkan baru merevisi target harga saham PTPP. Keputusan itu menyusul pencapaian kuartal III/2018 perseroan yang berada di bawah ekspektasi.
“Untuk yang lainnya masih kami lihat karena sekaligus untuk target harga 2019,” paparnya.
Seperti diketahui, Kresna Securities memangkas target harga PTPP dari Rp3.130 menjadi Rp2.760 usai rilis kinerja kuartal III/2018. Sementara, target harga untuk WIKA dan ADHI tidak mengalami perubahan.
Andreas menambahkan masih menunggu keterangan dari manajemen WSKT. Namun, pihaknya tidak menutup kemungkinan juga melakukan revisi target harga.