Bisnis.com, PEKALONGAN—Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama BNP Paribas Investment Partners (BNP Paribas IP) menggelar edukasi keuangan bagi 300 pelaku usaha mikro kecil dan menengah kerajinan batik.
Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Sarjito mengatakan, edukasi keuangan diberikan kepada ibu-ibu pengrajin batik karena para perempuan selalu menjaga pengelola keuangan di keluarga. Menurutnya, saat ini kelompok ibu-ibu rumah tangga hanya mengatur keuangan secara mengalir dan tak melakukan investasi.
“Menabung tidak membuat ibu-ibu menjadi kaya. Sebab banyak investasi di pasar modal yang tidak membutuhkan modal awal yang besar,” ungkapnya dalam acara Edukasi Keuangan Bagi UMKM Kerajinan Batik di Pekalongan, Kamis (1/11/2018).
Di hadapan pengrajin batik, dia mengatakan, jangan sampai pengrajin batik hanya tetap menjadi kuli hingga tua. Namun, dana yang diperoleh secara mingguan ataupun bulanan bisa digunakan untuk membentuk usaha atau menjadi pelaku UMKM.
Presiden Direktur PT BNP Paribas Investment Partners Vivian Secakusuma mengaku senang dapat berpartisipasi dalam program berbagi pengetahuan mengenai literasi keuangan, khususnya tentang investasi reksa dana, kepada 300 anggota komunitas pengrajin batik di Pekalongan.
Vivian mengatakan, edukasi ini sejalan dengan kampanye #AkuBisaInvestasi. Dia juga mengatakan, BNP Paribas juga bertujuan untuk memperluas basis investor dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk ibu rumah tangga, pengusaha UMKM, bahkan mereka yang belum memiliki rekening bank.
Dia menuturkan, BNP Paribas memiliki kepedulian yang besar terhadap potensi perempuan Indonesia sebagai pelaku investor reksa dana, yang mana sebagian besar pengrajin dan pengusaha batik di Pekalongan adalah perempuan. Dia mengatakan, dalam berinvestasi memiliki risiko dan investor harus memahami perencanaan investasi.
Sebab, tanpa disadari, semua masyarakat berhadapan dengan inflasi saat mengelola keuangan pribadi maupun keluarga. Menurutnya, ketidakpahaman ini bisa menjadi penyebab lebih dari 60% pensiunan di Indonesia masih menggantungkan masa pensiunnya pada anak dan keluarga.