Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang Januari-September 2018, PT Astra International Tbk. membukukan pendapatan bersih sebesar Rp174,88 triliun, meningkat 16,41% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu (yoy).
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Senin (29/10/2018), hingga kuartal III/2018, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp17,07 triliun, naik 20,58% yoy.
Pendapatan perseroan tersebut lebih tinggi dari konsensus analis yang dihimpun Bloomberg yaitu Rp167,91 triliun. Laba bersih perseroan pun melaju cukup tinggi di atas konsensus yang hanya Rp15,91 triliun.
Presider Direktur Astra International Prijono Sugiarto menyampaikan laba bersih grup meningkat karena kenaikan kontribusi dari segmen bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi. Kontribusi segmen jasa keuangan dan otomotif pun mampu mengimbangi penurunan dari segmen agribisnis.
“Kami berharap konsolidasi akan mencapai kinerja tahunan yang baik di tengah persaingan sengit pasar mobil serta pelemahan harga minyak kelapa sawit yang masih harus kami waspadai,” ungkap Prijono menyertai laporan keuangan perseroan, Senin (29/10).
Prijono mencatat depresiasi nilai tukar yang terjadi menekan mrgin bisnis manufaktur perseroan. namun, dampak tersebut dapat ditekan dari kenaikan bisnis-bisnis berbasis komoditas, kenaikan ekspor, serta laba yang didapat dari selisih kurs.
Adapun, kontribusi laba bersih dari bisnis otomotif naik 6,59% menjadi Rp7 triliun hingga kuartal III/2018, disebabkan oleh kenaikan penjualan sepeda motor perseroan. Penjualan mobil nasional meningkat 7% menjadi 857.000 unit, namun penjualan mobil Astra turun 4% menjadi 424.000 unit.
Kompetisi yang kian ketat menyebabkan pangsa pasar ASII turun ke level 50% dari yoy 55%. Sementara itu, penjualan sepeda motor perseroan naik 9% menjadi 3,5 juta unit sehingga pangsa pasarnya tetap stabil di level 75%.
Bisnis komponen otomotif yang dijalankan PT Astra Otoparts Tbk. pun positif, dengan kontribusi laba bersih meningkat 12% menjadi Rp414 miliar hingga September 2018.
Dari lini jasa keuangan, kontribusi laba bersih mencatatkan kenaikan 17% ke level Rp3,5 triliun. Kenaikan tersebut disumbangkan oleh meningkatnya kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen.
PT United Tractors Tbk. masih menjadi primadona yang diandalkan perseroan untuk menjaga laju pertumbuhan kinerja. Emiten dengan sandi UNTR tersebut membukukan kenaikan kontribusi laba bersih sebesar 59,64% menjadi Rp5,4 triliun.
Hingga September 2018, UNTR melaporkan laba bersih naik 61% menjadi Rp9,1 triliun. Laba bersih perseroan meningkat signifikan karena kinerja dari bisnis mesin konstruksi, kontraktor penambangan, dan pertambangan yang seluruhnya mendapat benefit dari kenaikan harga batu bara.
Segmen infrastruktur perseroan pun akhirnya menyumbangkan laba bersih sebesar Rp112 miliar setelah sempat rugi bersih Rp66 miliar pada sembilan bulan pertama 2017 (yoy). Hal ini disebabka kenaikan keuntungan dari bisnis jalan tol Tangerang-Merak dan unit bisnis PT Serasi Autoraya. Selain itu, segmen ini baru saja melepas 49% kepemilikan di PT PAM Lyonnaise Jaya.
Segmen Properti dan Agribisnis masing-masing mencatatkan penurunan kontribusi laba bersih pada konsolidasi sebesar 18% menjadi hanya Rp896 miliar dan Rp66 miliar. Untungnya, kinerja kedua segmen ini mampu diimbangi dengan kenaikan kontribusi pada segmen lain.